Program Kampus Merdeka (MBKM) memberikan peluang bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan, memperdalam pemahaman tentang industri, dan berkontribusi dalam proyek-proyek strategis. "Salah satu pengalaman yang berharga bagi kami adalah kesempatan magang di proyek Pembangunan Jalan Akses dari Arteri Taman-Krian ke Puspa Agro Tahap 1" ujar Azzuma, salah satu peserta magang. Proyek ini tidak hanya bertujuan meningkatkan konektivitas wilayah tetapi juga mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
Mahasiswa magang juga dilibat langsung dalam berbagai aspek teknis dan manajerial proyek. Selain itu juga mendapatkan wawasan mengenai bagaimana kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat mempercepat pembangunan infrastruktur yang berdampak positif bagi perekonomian lokal.
Proyek jalan akses ini merupakan upaya pemerintah untuk memperlancar distribusi barang dari dan ke Puspa Agro, yang merupakan pusat perdagangan agribisnis terbesar di Jawa Timur. Sebelum adanya akses ini, distribusi barang sering terhambat oleh kemacetan di beberapa titik, sehingga mengurangi efisiensi pengiriman produk pertanian dan agrikultur. Dengan dibangunnya jalan akses langsung ini, diharapkan transportasi barang menjadi lebih cepat, biaya logistik dapat ditekan, dan hasil pertanian dapat lebih cepat sampai ke tangan konsumen.
"Tugas utama kami dalam proyek ini meliputi pemantauan progres konstruksi, pengelolaan material, dan pengukuran hasil kerja harian. Pengalaman ini tidak hanya menambah pengetahuan teknis kami tetapi juga membantu kami memahami pentingnya pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Kami juga dilibatkan dalam diskusi dengan para personil konsultan pengawas untuk mencari solusi dari kendala teknis yang dihadapi di lapangan, seperti kendala cuaca yang menghambat waktu kerja." ujar Annisa, salah satu peserta magang.
Proyek ini tidak dapat berjalan tanpa adanya kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, kontraktor swasta, hingga masyarakat setempat. Melalui magang ini, para mahasiswa menyaksikan langsung bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat mempercepat pembangunan dan memastikan bahwa proyek ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini sangat relevan dengan SDG 17, yang menekankan pentingnya kemitraan untuk mencapai tujuan.
"Kami juga belajar bahwa keterlibatan masyarakat sangat penting, terutama dalam tahap konsultasi. Sebelum pembangunan dimulai, tim proyek melakukan dialog dengan warga untuk mendengarkan aspirasi dan kekhawatiran mereka, terutama terkait dampak lalu lintas dan lingkungan. Berkat pendekatan ini, warga dapat memahami manfaat jangka panjang dari proyek ini dan mendukung proses konstruksi dengan baik. Kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi keberhasilan proyek," ungkapnya.
"Melalui magang ini, kami semakin paham bahwa keberlanjutan tidak hanya berarti memperhatikan lingkungan tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Kami menyadari bahwa sebagai generasi muda, kami memiliki peran penting dalam melanjutkan visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Program MBKM ini memberikan bekal berharga bagi kami untuk menjadi profesional yang tidak hanya ahli di bidangnya tetapi juga peka terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan," lanjut Azzuma.
Pengalaman magang Azzuma dan Annisa ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana SDGs, khususnya SDG 9 dan SDG 17, dapat diimplementasikan secara nyata di lapangan. Mereka berharap pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lain untuk terlibat aktif dalam proyek pembangunan yang mendukung pencapaian SDGs dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H