Mohon tunggu...
Hany putri
Hany putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas komputer Indonesia

Deret tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empati

14 Oktober 2022   11:50 Diperbarui: 14 Oktober 2022   12:02 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gak dapat tempat untuk bareng-bareng berjuang Anak bocah terperangkap jerat situasi  Ciptaan bapakmu yang terlalu merevolusi  Aku cuma korban keadaan frustasi  Kecewa bertanya membobol tembok tradisi"

Siapa Yang Salah -Slank

Suarnya fenomena pejabat negara yang memiliki gaya hidup mewah bukan lagi menjadi rahasia umum di negara kita ini, pada satu sisi  fenomena ini merupakan suatu hal yang wajar karena pendapatan yang diberikan oleh negara sudah lebih baik dibandingkan pada masa lalu. Perilaku pejabat yang hedonisme dan disertai hidup yang bermewah-mewahan mendapat sorotan dari kalangan masyarakat.

Seorang pengusaha dengan pendapatan Rp300 miliar per bulannya dan mengendarai tunggangan senilai Rp3 miliar. Ia juga memiliki rumah mewah dengan nilai mencapai Rp6 miliar. Tentu saja hal itu wajar baginya dan sesuai dengan pendapatannya. 

Namun bagaimana jikalau pola dan gaya hidup seperti itu diimplementasikan oleh para pejabat publik ini yang bisa jadi digaji dari uang rakyat, karena kala ini di Tanah Air tengah marak terjadi kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah, hingga menimbulkan tren yang disebut dengan OKB (Orang Kaya Baru). 

"Salah satu karakter dari OKB adalah mencoba menyesuaikan diri dengan gaya hidup kelas baru yang dimasukinya kendati secara ekonomi belum terlalu stabil" ujar Guru Besar Antropologi Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Nursyirwan Effendi.

Selain dengan itu juga, perilaku yang ditimbulkan pada OKB yaitu memamerkan apa yang dimiliki agar nantinya mendapatkan suatu penghormatan dari lingkungan di sekitar, walaupun sebenarnya mereka sering tidak menyadari adanya kegoyahan secara ekonomi. Rusdi yang saat itu pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat, berkata "Jika seorang pejabat publik benar-benar bekerja dan menerima penghasilan dari jabatannya, rasanya tidak mungkin mereka dapat hidup mewah," kunci utama untuk menyadarkan pejabat publik yang hidup mewah yaitu dengan menciptakan regulasi yang spesifikasi dan sanksi yang sangat kuat.

 
   
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun