Mohon tunggu...
Luthfi Pramudia 20107030026
Luthfi Pramudia 20107030026 Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA

Halo saya Luthfi Pramudia Iqbal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Dinding: Sejarah dan Evolusi Graffiti

11 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 11 Mei 2024   18:47 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber: ArchDaily

Dengan munculnya teknologi digital, graffiti telah mengalami evolusi yang menarik. Meskipun masih ada yang memilih metode tradisional dengan cat semprot di dinding, ada juga yang beralih ke media digital. Kini, seniman graffiti dapat membuat karya-karya mereka di platform-platform seperti Instagram atau membuat seni digital menggunakan perangkat lunak khusus.

Penerimaan dan Kontroversi

Meskipun telah mendapatkan penerimaan yang lebih luas sebagai bentuk seni, kontroversi seputar graffiti masih ada. Banyak yang berdebat tentang batas antara ekspresi seni dan vandalisme. Beberapa kota melihat graffiti sebagai masalah keamanan dan kebersihan lingkungan, sementara yang lain memandangnya sebagai aset budaya yang berharga.

Jejak Graffiti di Indonesia: Perjalanan dan Perkembangannya

Graffiti di Indonesia telah menjadi bagian integral dari budaya seni jalanan negara ini. Dari tulisan-tulisan sederhana di dinding-dinding kota hingga mural-mural yang menghiasi bangunan tinggi, seni graffiti telah menjadi simbol ekspresi kreatif dan identitas budaya. Mari kita jelajahi perjalanan skena graffiti di Indonesia, dari awal mula hingga era kontemporer.

Awal Mula: Inspirasi Luar Negeri

Seperti banyak negara lain di dunia, awal mula graffiti di Indonesia dipengaruhi oleh gerakan seni jalanan di luar negeri, khususnya dari Amerika Serikat. Pada tahun 1980-an, melalui film-film Hollywood dan media massa lainnya, anak-anak muda Indonesia mulai terpapar dengan gaya dan teknik graffiti yang sedang populer di Amerika.

Perkembangan Awal: Kelompok-Kelompok Awal

Pada tahun 1990-an, gerakan graffiti mulai tumbuh di beberapa kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kelompok-kelompok seniman jalanan mulai terbentuk, membentuk komunitas yang saling mendukung dan berbagi ide. Mereka tidak hanya mengekspresikan kreativitas mereka di dinding-dinding kota, tetapi juga menggunakan seni mereka sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.

Identitas Lokal: Motif dan Simbol Tradisional

Salah satu hal yang membedakan skena graffiti di Indonesia adalah penggunaan motif dan simbol-simbol lokal. Banyak seniman graffiti Indonesia memasukkan unsur-unsur budaya tradisional seperti wayang, batik, atau gambar-gambar dari mitologi lokal ke dalam karya mereka. Hal ini tidak hanya menguatkan identitas lokal, tetapi juga memberikan dimensi budaya yang kaya pada seni jalanan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun