Mohon tunggu...
Paridul Azwar Hasibuan
Paridul Azwar Hasibuan Mohon Tunggu... profesional -

Pendidik.Senang bersahabat dan diskusi apa saja terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan.Tinggal di Rantauprapat, Sumatera Utara. e-mail : paridzhs_66@yahoo.co.id. Blog : http://smkikhwan@blogspot.com atau http://esemkathebest@blogspot.com. MOTTO : Thousand friends are less but one enemy is most

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mewaspadai Modus Penipuan via E-mail Berkedok Donasi

21 Juli 2011   11:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selasa, 19 Juli, 2011 04:23

Dari:

Dear Beloved,

As you read this, I dont want you to feel sorry for me, because, I believe everyone will die someday. My name is Omar Hasan a merchant in Dubai, in the U.A.E.I have been diagnosed with Esophageal cancer. It has defiled all forms of medical treatment, and right now I have only about a few months to live, according to medical experts. I have not particularly lived my life so well, as I never really cared or anyone (not even myself) but my business.

Now that God has called me, I have willed and given most of my property and assets to my immediate and extended family members as well as a few close friends. I want Allah to be merciful to me and accept my soul so, I have decided to give also to charity organizations, as I want this to be one of the last good deeds I do on earth. So far, I have distributed money to some charity organizations in the U.A.E, Algeria and Malaysia. Now that my health has deteriorated so badly, I cannot do this myself anymore. I once asked members of my family to close one of my accounts and distribute the money which I have there to charity Organization in Bulgaria and Pakistan , they refused and kept the money to themselves. Hence, I do not trust them anymore, as they seem not to be contended with what I have left for them.

The last of my money which no one knows of is the huge cash deposit of Thirty Five million dollars $35,000,000,00 that I have with a financial Security Firm abroad. I will want you to help me collect this deposit and dispatched it to charity organizations. I have set aside 30% for your time and service. Please reply me with honesty as soon as you receive this mail.

Cuplikan e-mail di atas merupakan satu dari sekian banyak e-mail sejenis yang masuk ke in-box e-mail saya. Meski dengan redaksi berbeda tapi intinya tetap satu. Menawarkan sejumlah uang dalam jumlah besar ( $ 35,000,000,00 ) kepada si penerima e-mail dengan alasan si pengirim ingin berdermasebelum ajal menjemputnya lantaran terserang penyakit kanker.

Awalnya saya tidak mengubris sama sekali e-mail tersebut. Akan tetapi melihat frequensi masuknya cukup besar, sehari bisa masuk 3-5 e-mail, akhirnya saya jadi penasaran untuk mengetahui apakah e-mail ini kerjaan orang iseng atau sungguhan. Untuk membuktikannya saya minta bantuan om google. Dengan mengetik key word JENIS –JENIS PENIPUAN LEWAT E-MAIL. Terkuaklah motif sebenarnya dari pengiriman e-mail tersebut. Ternyata sudah banyak korban yang berjatuhan lantaran tertipumelayani e-mail seperti ini. Bahkan di salah satu blog, seorang korban menceritakan bagaimana tragisnya nasib saudara perempuannya yang sekarang mengalami depresi berat karena malu terbelit hutang kiri-kanan. Penyebabnya tidak lain sudah terbuai dengan janji-janji yang diberikan si penipu untuk menghibahkan uang dalam jutaan dollar tetapi dengan syarat harus dikirimi uang terlebih dahulu sebagai biaya administrasi pencairan dana.

( cerita selengkapnya bisa dibaca dengan mengetik key-word yang saya tuliskan di atas).

Menurut saya ini adalah cyber crime yang terstruktur dan sistemik. Kita harus benar-benar mewaspadainya. Jangan sekali-kali melayani e-mail seperti itu. Karena sekali kita melakukan kontak akan susah untuk lepas dari jerat mereka. Setidaknya itu pesan yang ditulis oleh salah satu keluarga yang sudah menjadi korban penipuan berkedok sumbangan donasi tersebut. (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun