Mohon tunggu...
April Perlindungan
April Perlindungan Mohon Tunggu... -

lama menjadi buruh tani, buruh TI di Belitung, menebas rumput di kebun tebu, kerja bangunan, pengamen di kp Rambutan dan kernet angkot tegalega- soreang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Hari Menjadi Juragan

17 Agustus 2010   12:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Abah Belanja Dulu ke Bandung, Kamu tungguin saja orang yang kuli panen Kentang. Sekaligus urus ongok ( pakan sapi ) subuh nanti”. Kata Abah, memberi mandat padaku, sebelum dia belanja obat untuk tanaman bawang.

Seharian aku duduk di kebun abah menjalankan mandat, mengawasi para kuli kentang, ada ibu-ibu, kakek-kakek dan perawan. Sepatu Bot dan balutan kemeja yg sengaja di setrika agak rapi, membuatku agak pede memicingkan mata kepada kuli-kuli perawan itu. Asap cigarette dji sam-soe tak henti mengepul , menambah rasa percaya diri yang selama ini “krisis”.

Menjelang sore, segerombolan orang datang membawa karung, dengan alat mirip kait yang khas. Mereka mengorek-ngorek tanah bekas galian para kuli kentang. Ternyata ada 10-15 umbi yang tersisa dari satu barisan. “ sedang apa mereka ? tanyaku kepada salah satu kuli.” Orang sini menyebutnya “ngasag”, alias mencari sisa ubi”. Jawab Kang Ade. Aku pun mengangguk tanda mengerti, sembari mataku tak henti menyaksikan mereka , gerombolan ngasag yang berebut sisa galian panen.

Dalam hembusan angin gunung menusuk tulang, diantara kabut tipis membasahi rambut. Teringat syair lagu mukti-mukti, mencari Ubi “ haruskah aku pergi bersama mereka, mencari sisa ubi yang tak bertangkai…atau aku pergi bersama mentari…jauh…jauh tak bertepi…” lagu itu terngiang dalam telinga..menerawangi rongga-ronga pikiran.

Ke esokan harinya, kukasih tau para kuli…agar kentang yang kecil-kecil jangan di ambil ( maksudku agar gerombolan pe-ngasag tadi kebagian jatah banyak ) “ itu perintah abah” kataku. Para kuli menurut saja, dan mereka pun menyelesaikan panen dengan waktu yang cepat. Benar saja, par pe-ngasag itu mendapat hasil lumayan…

Dan ketika  Abah Pulang…esok harinya ia mengawasi para kuli, “ hari ini hasilnya banyak ya.. di banding kemarin ? “ Tanya dia sembari matanya tak henti memandangku”. "Ga tau aku Bah ! hari ini kiloannya banyak karena malam tadi hujan”. Aku berkilah. Dia hanya manggut-manggut dan tersenyum puas, namun senyumnya itu berimbas kepada para pe-ngasag yang pulang dengan wajah agak kecewa….

jadi juragan memang menyenangkan, namun hati ini tak dapat memungkiri. Melihat wajah-wajah para pengasag. Karena aku adalah mereka.

Gunung Wayang Bandung, 2008.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun