Setiap orang lahir dengan fisik yang berbeda. Ada yang memiliki fisik yang sempurna dan ada pula yang memiliki kekurangan. Lantas kekurangan itu bukanlah menjadi alasan untuk kita menghina mereka. Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dengan begitu, kita tidak boleh menghina apalagi hingga sampai membully karena kekurangan yang dimilikinya. Kasus bully di Indonesia masih sering terjadi bahkan tak jarang korban mengalami trauma yang mendalam hingga berujung kematian atau bunuh diri. Komentar jahat yang diterima dalam social media juga berpengaruh terhadap kesehatan mental seorang remaja. Hanya karena kita dinyatakan bebas berpendapat bukan berarti kita berkomentar seenaknya di social media. Tentu komentar itu tidak boleh menggiring opini publik ke arah negatif. Seseorang tidak boleh meyampaikan ujaran kebencian terhadap seseorang baik itu di dunia maya ataupun dunia nyata.
3. Trauma terhadap sesuatu
Jika kita melihat seseorang yang mengalami ketakutan berlebihan terhadap sesuatu kita tidak boleh menghakiminya. Misalnya ketakutan terhadap sentuhan fisik. Kita tidak tahu pasti apa yang dialaminya hingga bereaksi demikian. Bisa saja ia merupakan korban pelecehan seksual yang mengalami trauma yang sulit untuk dihilangkan. Remaja yang seperti ini harus mendapatkan perhatian yang lebih. Jangan sampai trauma itu melenyapkan jati diri dan menenggelamkan kepercayaannya terhadap seseorang.
Itulah yang menjadi penyebab kesehatan mental (mental health) seorang remaja terganggu. Hendaknya kita merangkul seseorang yang mengalami masalah tersebut. Seseorang yang mengalami keterpurukan sulit bagi mereka untuk bangkit. Jika kita tidak bisa meringankan permasalahan mereka setidaknya kita mampu mendengarkannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H