Mohon tunggu...
Nur Sahara Br
Nur Sahara Br Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ilmu Budaya, Ilmu Sejarah

Hidup dengan penuh mimpi. Saat berhasil digapai,,gapailah mimpi lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Indis sebagai Wujud dari Percampuran Dua Kebudayaan antara Pribumi dengan Eropa

28 Juni 2023   00:00 Diperbarui: 10 Juli 2023   08:46 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Praktik kolonialisme Belanda di Indonesia telah banyak mempengaruhi segi-segi kehidupan masyarakat Indonesia. Saling berpapasan dan hidup berdampingan membuat suatu percampuran yang menghasilkan suatu kebudayaan baru diantara dua kebudayaan yang berbeda ini.Kebudayaan Indis merupakan hasil dari dua kebudayaan yang berbeda yakni Indonesia dengan Eropa. 

Kroef (dalam Achmad, 2022: 13) mengatakan bahwa Kebudayaan Indis merupakan sebuah kombinasi yang unik antara budaya Eropa dan budaya pribumi dalam hal pakaian, kebiasaan, makanan, transfortasi, dan mebel.

Kata Indis berasal dari kata "Indische", atau secara harfian berarti "Indies" atau Hindia. Dalam bahasa Belanda, Indis disebut "Indischgast" atau Indischman", yang berarti orang Belanda yang dulu tinggal di Indonesia. Sedangkan "Hij is Indisch", berarti dia mempunyai darah Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan "Indisch" merupakan percampuran antara Kebudayaan Eropa, Indonesia dan sedikit kebudayaan tertentu dari orang Cina peranakan.

Pada awalnya Kebudayaan Indis ini dimulai dari para bujang Belanda yang ingin menikah. Namun, Pemerintah Kolonial Belanda membuat peraturan larangan pernikahan. Di dalam aturan tersebut para asisten kulit putih bisa menikah setelah enam tahun bekerja di perkebunan dan harus memiliki tabungan yang cukup. Selain karena aturan, membawah wanita kulit putih juga memiliki resiko yang sangat besar dan biaya yang mahal jika ingin membangun sebuah keluarga. 

Dengan adanya larangan pernikahan dan resiko yang tinggi membawah wanita Eropa ini membuat para bujang Belanda ini merasa kesepian. Oleh karena itu, daripada menikah mereka berdalih mengambil wanita jawa untuk dijadikan selirnya atau istrinya. Hal inilah yang menghasilkan percampuran darah antara Indo-Eropa.

Kondisi anak-anak dari hasil keturunan campur Belanda-Pribumi ini terkadang tidak diakui dalam masyarakat baik itu orang Belanda maupun orang pribumi sekalipun. Bagi orang Belanda sendiri anak campuran ini merusak kemurnian ras Eropa dan merendahkan martabat mereka. Bagi orang pribumi terlebih lagi Jawa anak-anak campuran tersebut merupakan pengkhiatan bangsa pribumi. Karena tidak diakuinya anak-anak campuran ini, mereka membuat kelas sosial sendiri dengan gaya hidupnya yang khas yakni Kebudayaan Indis.

Peran nyai sebagai selir orang Belanda sangatlah besar dalam transfer kebudayaan budaya Jawa dengan budaya tuannya (Belanda). Selain perannya sebagai pemuas diri tuannya dan membebaskan rasa kesepihan tuannya, nyai juga tanpa sadar menjembati sang tuan dengan lingkungan pribumi dan dirinya dalam lingkungan Eropa.

Seokiman (dalam Adam, 2020:20), Gaya Indis merupakan suatu hasil dari perkembangan budaya campuran Belanda dan pribumi, yang menunjukkan adanya proses dari timbul dan berkembang akibat kondisi-kondisi historis, politik-ekonomi, sosial dan seni budaya. 

Sunjayadi (2020:13) juga mengatakan bahwa budaya Indis yang berkembang dalam masyarakat Hindia Belanda, tidak hanya mengacu kepada orang percampuran saja tetapi juga pada unsur budaya campuran antara unsur budaya Eropa dan Hindia Belanda. Dari sini dapat disimpulkan bahwa budaya Indis sangat unik, bukan hanya kebudayaan para keluarga campuran Indo-Eropa saja tetapi segala sesuatu yang ada unsur pencampuran ini dapat dikatakan Budaya Indis.

Handinoto (2010:46) mengatakan bahwa "Kebudayaan Indisch seolah-olah menjadi wujud dari kehidupan tingkat tinggi, yang menunjukkan sifat-sifat agung, sikap aristokratik, arogan, punya hak-hak istimewa, dari peradaban campur Indonesia dengan penggunaan beberapa material, teknologi dan model-model elite dari masyarakat Eropa". Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa orang Indis ini berkeinginan untuk sebisa-bisa meniru atau menyaingi, agar terlihat sebagai masyarakat elite atau golongan orang kaya atas dan dapat dikatakan lagi mereka berkeinginan untuk tidak dianggap rendah oleh kalangan orang Belanda murni. 

Kebudayaan ini pada awalnya tidak begitu diterimah oleh kalangan orang Belanda murni karena di anggap rendah. Tetapi seiring berjalannya waktu mereka mulai menerima hal itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun