Mohon tunggu...
deajo
deajo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Going to no longer

Mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Reset

17 Agustus 2021   21:48 Diperbarui: 17 Agustus 2021   22:11 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Riuhnya warna merah dan putih
Di jalan kosong di tengah wabah
Memenjarakan rasa gagap gempita
Mengenang sejarah hanya ramai dalam tutur kata

Kepahitan sejarah diulang kembali
Sikap-sikap ganas dimunculkan di tengah pandemi
Sakit memang, jahat, dan sekali lagi benci
Nyatanya lebih kelam saat ini

Tangis-tangis pilu tak didengar
Orasi-orasi diacuhkan
Seni-seni kontroversi dipenjarakan
Rasa-rasa sensitif ditinggikan karena lapar

Ayo, bangunkan kembali kebaikan-kebaikan yang tertidur
Ayo, bahu-membahu menenggelamkan manusia khianat
Mari singsingkan lengan meskipun banyak hal telah menjadi bubur
Mari rangkul kembali darah untuk menjadikannya keringat

Jakarta, 17/08/21.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun