Mohon tunggu...
1K_Ni Kadek Nia Rosyta Dewi
1K_Ni Kadek Nia Rosyta Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

menyukai konten yang berpendidikan dan mengedukasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendalami Nilai-Nilai Tri Hita Karana sebagai Mahasiswa yang Diikuti dengan Perkembangan Zaman

3 Juli 2024   22:00 Diperbarui: 3 Juli 2024   22:03 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tri Hita Karana (THK) merupakan suatu konsep yang mempunyai sifat universal yang dimana berarti berlaku untuk semua orang. Dapat kita dilihat secara terminologi yang berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu yang terdiri dari kata tri, hita dan juga karana.Tri yang memiliki arti tiga, hita yang berarti bahagia dan karana yang memiliki arti penyebab. Jadi dapat disimpulkan bahwa Tri Hita Karana adalah tiga sumber penyebab atau terciptanya sebuah kebahagiaan bagi umat manusia yang bersumber dari hubungan harmoni dengan Tuhan, harmoni antara sesama manusia, dan harmoni dengan lingkungan sekitar ataupun alam sekitar. Harmoni yang kita dapat artikan sebagai terciptanya sebuah kerukunan, adanya rasa hormat dan terjalinnya srebuah rasa kasih sayang.

Dalam Tri Hita Karana terdapat Sejarah dan juga perkembangannya. Pada Masyarakat Bali secara historis tumbuh dan perkembangannya sejak pada masa prasejarah, yang diperkirakan sekitar 2.500 hingga 2.000 tahun yang lalu. Pada massa prasejarah THK belum disebut sebagai THK melainkan disebut sebagai Trikotomi, hal ini terdiri dari tiga aspek yakni hubungan harmonis dengan leluhur atau nenek moyang, dengan maanusia dan lingkungan, pada masa tersebut masih menyebutkan nenek moyang karena belum mengenal Tuhan. Untuk menjaga harmoni dengan roh nenek moyang dikenal dengan adanya pemujaan yang dikenal dengan ritual penguburan memakai peti batu yang disebut sebagai sarkofagus dan tempat pemujaan kepada leluhur berbentuk punden berundak. Adapun alasan pemujaaan kepada roh leluhur adalah nenek moyang memiliki kekuatan adimanusia yang berarti manusia yang memiliki kemampuan yang luar biasa, orang yang masih hidup mewarisi banyak hal dari nenek moyang, dan juga pada saat itu manusia masih menganut aliran animisme dan dinamisme. Animisme yang berarti mempercayai atau menganut kepercayaan terhadap roh halus, lalu dinamisme yang berarti mempercayai benda yang memiliki kekuatan yang gaib.

Bagian-bagian dalam Tri Hita Karana terdiri dari tiga bagian meliputi Parahyangan yang berarti menjaga keharmonisan kepada sang pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa, kedua Pawongan yang berarti hubungan harmonis antara manusia dengan sesama manusia dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan sendirinya karena perlu bergantung dan memerlukan orang lain, lalu yang terakhir ada Palemahan adalah hubungan yang harmonis dengan lingkungaan sekitar ataupun lingkungan alam. Dalam penerapan Tri Hita Karana. Adapun THK sebagai filsafat dan kearifan lokal adalah adanya pertemuan budaya yang mencakup masuknya pengetahuan dari luar ke dalam suatu kebudayaan, kebudayaan luar tersebut tidak dijiplak, tetapi diolah secara selektif sesuai kekuatan budaya yang dimiliki serta masyarakat setempat memiliki peran dominan dalam mengolah masuknya pengetahuan luar untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Tujuan hidup manusia terkait THK adalah mewujudkan keharmonisan teologis, sosial, dan juga ekologis, memberikan kemudahan dan mendukung pencapaian tujuan hidup manusia (Tri Warga) dengan cara berbuat Kebajikan untuk meraih kekayaan dan memenuhi keinginan dalam hidup. Yang terakhir menciptakan kebahagian dalam hidup dan meraih kebahagiaan dalam bentuk surga, moksa, atau nirvana.

Kita sebagai mahasiswa tentunya dapat mengimplementasikan ajaran-ajaran Tri Hita Karana yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan kampus adalah:

Implementasi Parahyangan (Hubungan Harmoni Manusia dengan Tuhan)

1. Melaksanakan Yadnya sesa setiap pagi

2. Melaksanakan kegiatan persembahyangan sehari-hari

3. Melakukan tirta yatra ke tempat-tempat suci

4. Disiplin dalam ibadah sekaligus dapat menghargai perbedaan agama yang ada

5. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan perkuliahan

Implementasi Pawongan (Hubungan Harmoni Manusia dengan Sesama Manusia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun