Mohon tunggu...
Purnama Depna
Purnama Depna Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Win-win Solution" Transportasi "Online" dan Konvensional

20 Januari 2018   16:55 Diperbarui: 20 Januari 2018   17:13 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat sore kepada pembaca sekalian yang budiman, Saya berharap kita terus berada dalam keadaan sehat  dan selalu dalam lindungan tuhan yang maha esa. Amin

Berbicara mengenai moda online memang tidak akan ada habisnya. Hari ini kita di hadapkan pada suatu zaman dimana teknologi dianggap sebagai suatu yang merubah kehidupan manusia dan membuat kegiatan sehari-hari kita sangat terbantu dengan adanya teknologi ini termasuk transportasi online.

Baru-baru ini Go-jek indonesia sedang berbahagia karena aplikasi revolusioner ini telah menerima kucuran dana dari berbagai perusahaan asing. Dilansir dari liputan6.com Go-jek dilaporkan mendapat pendanaan dari sejumlah investor. Menurut sumber anonim, Google,Temasek Holdings, termasuk online platform asal Tiongkok Meituan-Dianping turut berpartisipasi dalam penggalangan dana kali ini. Penggalangan dana kali ini mencapai US$ 1,2 miliar ( sekitar 16 triliun).

Lalu masih dikutip dari sumber yang sama, CEO Go-jek Nadiem Makarim mengatakan bahwa perusahaanya menjadi jasa food delivery terbesar di Dunia diluar Tiongkok.

"Go-food (kini) menjadi sesuatu yang kita kira tidak akan sebesar ini. Awal aplikasi (Go-jek) kami luncurkan belum ada Go-food, tapi setelah kami lihat, 80-90 persen dari shopping pengguna Go-jek adalah makanan," kata Nadiem saat konferesi pers Go-food Festival di Pelataran Pasaraya Blok M, jakarta, Selasa (9/1/2018). Dari dua hal tersebut semakin mengukuhkan posisi  Go-jek sebagai transpotasi online yang punya power di Indonesia.  

Ada hal menarik yang perlu diperhatikan, Yaitu bagaimana dengan nasib transportasi konvensional hari ini? apakah moda tersebut masih relevan dengan masyarakat zaman now ?. perlu diketahui bahwa masyarakat di era milenial adalah mereka yang suka dengan sesuatu yang instan,cepat,efektif dan tentunya murah. 

Saya adalah mantan pengemudi ojek online. Saya tertarik bergabung menjadi driver moda tersebut pertama, Ingin hanya coba-coba karena adanya ajakan menggiurkan dari teman. Kedua, Saya ingin mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai mahasiswa dan syukur alhamdulillah memang menjadi driver online memang menggiurkan.

Disaat sedang mengantar penumpang, saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya mengapa mereka menggunakan moda transportasi online? Dan jawaban mereka hampir semua sama dimana mereka membutuhkan transportasi yang mudah didapat,instan dan harganya terjangkau, Terlebih lagi apabila jika ingin pergi ke tempat yang tidak tahu mesti memakai angkutan apa maka moda ini pilihan yang tepat.

 Ditempat saya tinggal masih banyak pangkalan ojek yang memasang spanduk yang melarang operasi ojek online. Jika ada yang melanggar terkadang suka main hakim sendiri sampai berujung pada tindakan kriminal yang menelan korban jiwa. Saya sering berdiskusi dengan customer untuk membangun kedekatan dan mengusir rasa bosan jika sedang terjebak kemacetan. Mereka sering bertanya mengapa  para driver online itu tidak ikut saja menjadi driver online dengan begitukan permasalahan akan selesai!!.

Memang itu adalah solusi paling tepat agar permasalahan bisa selesai, Tapi dibalik itu ada hal yang harus ditelaah kembali mengapa diver opang ini sebagian enggan untuk beralih ke moda online.

Saya coba untuk bertanya langsung kepada seorang ketua ojek di dekat rumah untuk mengetahui kebenaran informasinya. Ia menuturkan mengapa driver opang tidak bisa bergabung menjadi driver online karena hal-hal berikut :

1. para pengemudi opang biasanya mempunyai motor yang masa pajak dan plat nomornya sudah kadaluarsa

2. tidak bisa mengoprasikan smartphone 

3. tidak tahu lokasi sepenuhnya di daerah mereka tinggal.

menurut saya dari 3 faktor tersebut ada 1 hal penting yang sebenarnya bisa ditarik benang merah permasalahannya yaitu bahwa para driver opang sesungguhnya "tidak mau belajar" karena pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang bodoh. Ketika mereka memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman mereka maka permasalahan yang selama ini mereka hadapi bisa terselesaikan.

Dengan berbagai permasalahan yang terjadi maka perlu adanya sinergitas dan kerja sama dari berbagai pihak agar permasalahan antara driver online dan konvensional ini bisa berakhir.

Dari pihak driver seharusnya mereka saling mengerti dan menghargai karena toh pada dasarnya rejeki manusia sudah ada yang mengatur.

Pun dari pihak pembuat aplikasi ini diharapkan bisa menjamin keselamatan para penggunanya dan menjamin kesejahteraan para pengemudi supaya perusahaan mereka bisa tetap eksis.

point paling sentral yaitu peran pemerintah yang harus turun tangan untuk membuat kebijakan yang tegas dan adil supaya problem ini bisa diselesaikan dengan tuntas. Harus ada suatu kebijakan win-win solution agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan. 

Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat rasanya mustahil jika moda online ini harus dihapuskan ditengah banyak pengguna yang menggandrunginya. Jika dibiarkan berlarut-larut maka korban jiwa akan terus bertambah dan tindakan kriminal akan semakin meningkat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun