Sorban tidak baku, yang baku serban.
Sumringah tidak baku, yang baku semringah.
Cinta yang lain tidak baku, yang baku cuma cintaku kepadamu.
Aku ingin bertanya kepadamu. Seberapa sering kamu salah pilih kata, yang baku atau tidak baku? Dulu aku sering salah pilih, sekarang tidak lagi. Baiklah. Kuberitahukan rahasiaku kepadamu. Sebenarnya sederhana. Aku cuma melakukan dua hal, yakni rajin membuka kamus dan gemar bertanya.
Lantaran kedua rahasia itulah aku tahu bahwa sebenarnya yang baku adalah kata semringah, bukan sumringah. Kata yang berarti wajah yang tampak berseri-seri atau segar itu diserap dari bahasa Jawa. Tatkala ada bunyi yang keluar dari kerongkonganmu seusai makan atau gara-gara masuk angin, itu namanya serdawa. Bukan sendawa, kata yang berarti bahan kimia kalium nitrat untuk bahan campuran pembuatan mesiu.
Bagaimana dengan sorban? Kamu pasti sering mendengar kata itu. Mungkin juga suka memakainya. Sebenarnya kata itu tidak baku, yang baku adalah serban. Apabila dibubuhi prefiks ber- maka menjadi beserban. Kenapa? Karena setiap kata yang diakhiri huruf "r" pada suku kata pertamanya maka "satu "r" harus diluluhkan. Misalnya beserta, bekerja, atau beterbangan.
Terakhir, ketika bibirmu pecah-pecah dan gusimu sering terasa perih apakah kamu akan memilih sariawan atau seriawan? Sepertinya kamu akan memilih sariawan, karena itulah kata yang sering kamu gunakan. Padahal, yang tepat adalah seriawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H