Gegara kamu, rinduku terus bertumbuh dan bertambah.
Aku tidak suka kata “gegara”. Biarkan saja orang beramai-ramai memakainya, itu hak mereka. Akan tetapi, jangan kirimi aku sekalimat rindu dengan menggunakan kata itu. Aku tidak suka. Sekali lagi, aku tidak suka!
Kukira kamu sudah paham “apa itu kata ulang” dan “bagaimana membentuk kata ulang sebagian”. Ternyata belum. Kamu masih suka ikut-ikutan sampai-sampai yang keliru pun kamu ikuti.
Begini. Kata yang “diulang sebagian” adalah kata dari hasil pengulangan, seperti tamu-tamu menjadi tetamu. Kata dasarnya tamu yang diulang menjadi tamu-tamu, lalu diulang sebagian menjadi “tetamu”.
Sekarang mari kita cermati akar katanya. Apa kata dasar “gara-gara”? Tidak ada, sebab “gara-gara” bukanlah kata yang dibentuk dari kata dasar “gara”. Dengan begitu, tidak ada kata “gegara”!
Kata ulang sebagian ialah kata ulang yang perulangannya hanya terjadi pada suku kata awal dan disertai dengan penggandaan vokal suku pertama itu dengan bunyi e pepet. Proses pengulangannya sederhana. Seperti dari laki diulang menjadi laki-laki, kemudian diulang sebagian menjadi lelaki.
Sekarang mari kita renung-renungkan.
Apa makna kata “gara-gara”? Dalam KBBI V tercantum “sesuatu yang menjadi penyebab” atau “pertanda”. Lalu, apakah kata dasarnya? Tidak ada, sebab gara-gara memang bukan kata ulang. Karena bukan kata ulang maka “gara-gara” tidak bisa dibentuk menjadi kata ulang sebagian.
Hal sama berlaku pada kata tiba-tiba. Kata itu bukan hasil pengulangan dari kata tiba, sebab makna kedua kata itu berbeda. Tiba berarti sampai, sedangkan tiba-tiba berarti mendadak atau seketika atau sekonyong-konyong.
Dengan demikian, kita tidak bisa membentuk kata ulang sebagian dari tiba-tiba menjadi tetiba. Itu keliru.