Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kata Siapa Jonru Keliru?

25 Juni 2017   08:56 Diperbarui: 26 Mei 2019   13:57 8660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: nu.or.id

Tiba-tiba warganet heboh menjelang lebaran. Bukan gara-gara arus mudik, bukan. Bukan pula karena harga sembako, bukan. Heboh itu bermula dari fatwa Jonru kepada pengikut-pengikutnya.

Tak ada yang salah, apalagi keliru, dari maklumat atau amar atau pengumuman yang dikumandangkan oleh Tuan Jonru. Tentu saja tidak salah atau tidak keliru menurut beliau. Sekali lagi, menurut beliau.

Maklumat melupakan Masjid Istiqlal, misalnya. Bagi penduduk Kappoka, sebuah kampung di Sulsel yang rasanya sulit ditemukan di peta purba, tentu memberatkan dan merepotkan jika harus salat Ied di Istiqlal. Jadi, masih logis anjuran Tuan Jonru itu.

Amar supaya tidak ke Masjid Istiqlal karena juru khotbahnya adalah Pak Quraish Shihab, itu juga benar. Tidak salah, tidak keliru. Tentu saja benar dan tidak salah dan tidak keliru menurut Tuan Jonru. Beliau bebas bertitah apa saja dan tanggung jawabnya sendirilah semua yang dilafalkan oleh lidahnya.

Teman-teman yang tidak sepakat dengan fatwa Tuan Jonru tidak perlu mencak-mencak, marah-marah, apalagi sampai mencaci maki doi. Sesungguhnya Ramadan meninggalkan ilmu menahan diri kepada kita, jadi senyum-senyum sajalah. Anggap saja doi sedang membuka jalan perenungan bagi kita agar awas pada lidah dan jemari.

Seruan Tuan Jonru tak perlu pula jadi muasal kita untuk membanding-bandingkan antara doi dan Pak Quraish Shihab. Mendingan kita masuk ke dalam diri kita, menemui batin kita, mengajak hati kita membincangkan apa yang telah dan akan kita lakukan pada sisa umur yang tak seberapa ini. Kita jarang mengobrol dengan hati sendiri, barangkali.

Semoga kita bisa memetik hikmah Ramadan, terutama esensi sabar dan sadar, termasuk menyabari dan menyadari fakta bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Selamat berlebaran. Mohon maaf lahir dan batin.

Kandangrindu, Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun