Dengan begitu, teman merasa tidak sendirian dan nasihat kamu tidak seperti air yang dicurahkan ke atas pasir.
Meski begitu, orang yang kerap menelan sendiri air matanya, yang sering diam-diam membasahi bantalnya sebelum tidur, yang tidak mau kesedihannya tumpah di depan orang lain, harus berhati-hati jangan sampai terkena hipofrenia.
Apakah hipofrenia (hypophrenia) itu?
Boleh jadi istilah ini masih asing di telingamu, sebab hipofrenia memang masih jarang dikupas. Hipofrenia adalah perasaan emosional berupa rasa sedih sebagai bentuk respons kita akan hal atau keadaan yang menimpa kita.
Rasa sedih itu menjadi tidak normal karena orang yang mengidap hipofrenia bisa tiba-tiba saja merasa sedih, lalu menangis sesunggukan, padahal tanpa alasan yang jelas. Kemudian, kesedihan itu berdampak pada pekerjaan, hubungan sosial, dan kesehatan fisik pengidapnya.
Adakah cara untuk mengatasi hipofrenia? Ya, ada.
1. Berbagi kesedihan. Manusia adalah makhluk sosial. Jika merasakan kesedihan, ada baiknya tidak disimpan sendirian. Jika dikepung masalah, ada baiknya tidak dipendam sendirian. Ceritakan kepada sahabat, keluarga, atau bahkan berdiskusi dengan psikiater atau psikolog, adalah langkah yang baik untuk melegakan beban perasaanmu.
2. Menerima pemicu kesedihan itu. Bagaimanapun, kita mesti memahami bahwa tidak semua hal berjalan sesuai yang kita inginkan. Pada sisi lain, bahagia adalah pilihan. jika kita senantiasa berkutat dengan kesedihan dan masalah yang terjadi, kita akan jauh dari rasa bahagia.
3. Obati rasa sedihmu. Jika kesedihan tidak dapat kautanggung lagi, jika tidak ada tempat untuk berbagi kisah sedih lagi, jika pemicu kesedihan sudah kamu pahami dan tetap merasa sedih, barangkali kamu butuh intervensi medis. Temui psikiater. Konsultasikan kesedihanmu.
Jangan biarkan kesedihan merenggut kesehatan fisik dan mentalmu, Kawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H