Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kenapa Harus 'Unboxing'?

5 Juni 2023   05:41 Diperbarui: 5 Juni 2023   07:00 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lewa kesal. Hampir saja ia menendang daun pintu ketika ia keluar dari kamar, tetapi ia cemas tulang keringnya linu. Akhirnya ia hanya bisa mencak-mencak dengan bibir tiga senti lebih maju.

Kesal, bagi Lewa, terdiri atas beberapa tingkatan. Kesal yang dipendam di dalam hati ia sebut mangkel. Kesal yang disertai gerutuan lemah ia namai dongkol. Kesal yang disertai bibir monyong ia sebut jengkel. Kesal yang terbawa ke ranjang sampai bikin susah tidur ia namai gondok.

Apa gerangan pangkal soal sehingga Lewa bisa sekesal itu? Gara-garanya, Ethan. Adik kembar Lewa itu persis seperti nama lengkapnya, Insan Khebang Ethan. Pagi-pagi sudah bikin hati Lewa gemas.

Semua gara-gara belanja daring. Belakangan ini, Ethan kalap mata. Tiap-tiap ada barang remeh dan murah di lokapasar (marketplace), khususnya dagangan yang tanpa ongkos kirim, segera ia tandai dan masukkan ke keranjang.

"Kalau sekadar belanja, silakan. Ini banyak tingkah. Menunggu bargang tiba sembari menggerutu. Barang tiba, menggerutu lagi karena si Abang Tukang Antar Paket tidak punya uang kembalian. Barang dibuka, menggerutu lagi karena isi paket tidak sesuai dengan pesanan," ujar Lewa sembari mengempaskan pantatnya di sofaa ruang tamu. "Pekak telingaku jadinya!"

"Kayak kakek-kakek," ujar Ethan sambil berjalan ke kulkas. Seraya membuka pintu kulkas ia berkata, "Nyinyir!"

Lewa mengambil bantal sofa dan melemparkannya ke arah Ethan. "Dasar!"

"Ada apa, Insan Khele Wathan?" Begitu sindir Ethan, selalu menyebut nama lengkap Lewa jika meledek. "Duduk manis saja di sini, aku mau unboxing dulu."

"Anak Jaksel bukan, bahasa campur baur."

"Apa padanan unboxing, Lewa?"

Lewa menjawab agak malas. "Buka kemas!"

"Buka kemas?"

Lewa mengangguk. "Membuka kotak kemasan paket untuk memastikan kondisi barang sesuai dengan pesanan atau tidak. Ringkasnya, buka kemas."

Ethan manggut-manggut. Ia merogoh saku celana sembari bertanya, "Terima kasih, Kakak Lewa. Aku mau bikin teaser video di sini. Sekalian!"

Lewa memelotot. "Di kamar sana!"

"Di sini saja. Tiap butuh terjemahan, ada kamu!"

"Bukan teaser video!"

"Lantas?"

Lewa mengembuskan napas panjang. "Video pendek. Buat apa?"

"Aku harus video pendek untuk video unboxing. Eh, buka kemas," ujar Ethan.

"Video buka kemasan," sahut Lewa.

"Nanti mesti kukirim di Twitter," ujar Ethan, "baru aku mention si penjual."

Lewa mencebik.

"Kenapa lagi?"

Lewa tersenyum. "Bukan mention, melainkan sebutan."

Ethan memang begitu. Selain gampang kalap mata dan belanja daring, ia sering juga dimintai pendapat tentang suatu produk. Dari situ ia dapat duit. Ketika membuat video buka kemasan (video unboxing) saja, ia tidak asal rekam gambar.

Ethan akan memulai prosesnya dari membuka paket, membongkar isi, mengecek isi, memperlihat isi paket, dan mengulas isi paket dan faedahnya. Setelahnya, video pendek itu ia unggah di kanal YouTube. Cuan lagi.

Ethan manggut-manggut. "Kalau padanan tag, Lewa?"

"Label!"

"Reply?"

"Balas."

"Balas dendam?"

Lewa menaruh buku di atas meja. Ia menatap Ethan lekat-lekat. Tampaknya ia sudah amat pegal hati. "Tolong diam, Ethan. Aku sedang merampungkan Warisan dalam Kamar Pendaringan."

"Bukunya Widz Stoops?"

Lewa mengangguk. "Tentang cinta anak kepada masakan dan kasih ibunya."

"Oke, aku diam." Ethan membuka kemasan paket sambil merekamnya. Begitu terbuka, ia berseru sampai-sampai Lewa terperanjat. "Aha! Berdansa dengan Kekasih Rahasia."

"Pelesetanmu aneh, Ethan. Berdansa dengan Kematian," tukas Lewa tanpa menoleh.

"Kematian itu kekasih yang paling setia menunggumu, Lewa."

"Begitu ia datang, Ethan, kamu modar!" [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun