Pep memang layak penasaran. Dua musim lalu ia berhasil mengantar City ke final Liga Champions. Hasilnya, menyedihkan. Penampilan garang sejak babak grup sirna di babak final. City takluk 0-1 dari sesama klub Inggris, Chelsea.
Musim ini, peluang untuk mengangkat "Si Kuping Lebar" kembali terbuka. Lebar sekali. Mereka sudah ke babak final. Sudah ditunggu Inter Milan, klub dari Italia yang ingin mempermentereng prestasi klub di bilangan Eropa.
Trofi juara memastikan betapa digdayanya City belakangan ini. Bukan hanya di kancah domestik, melainkan sekaligus di benua biru. Raksasa-raksasa Eropa tahun ini bertekuk lutut di hadapan Julian Alvarez dan kolega.
Pada babak 18 Besar Liga Champions Eropa, City melumat RB Leipzig. Wakil Jerman itu dipermalukan dengan agregat 8-1. Pada perempat final, giliran Bayern Munich yang mereka tumbangkan dengan skor agregat 4-1. Terakhir, jagoan Eropa mereka bikin tanpa daya di semifinal. Real Madrid menyerah dengan selisih gol mencolok, 5-1.
Melihat pemain City melenggang-lenggok di lapangan hijau laksana melihat seniman sedang mengguratkan karyanya. Pada City kita bisa melihat seni mencetak gol, seni mengumpan bola, seni menggocek bola, seni bertahan, dan seni selebrasi.
Bayangkan saja. Haaland, monster pencetak gol berbadan tinggi besar, sudah mengemas 36 gol dari 33 laga di Liga Premier. Belum lagi monster kecil Julian Alvarez. Laga melawan Madrid membuktikan betapa Alvarez bukan sekadar ban serep bagi Haaland.
Namun, rasa penasaran menyungkupi hati. Akan seperti apa permainan City kala melawan United di Final FA dan Inter Milan di Liga Champions? Ya, kita tunggu saja seniman lapangan hijau beraksi.
Selamat, City! [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H