Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Liverpool, Jebret, dan Keterampilan Batin yang Tersepelekan

15 April 2021   11:45 Diperbarui: 15 April 2021   15:01 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akhirnya Klopp pasrah (Foto: AFP/Phil Noble)

Liverpool kalah. Gugur sudah. Impian merengkuh gelar juara di Liga Champions Eropa punai. Sebelumnya, harapan menjuarai Liga Primer Inggris pupus. Begitu pula dengan asa mengangkat Piala FA dan Piala Carabao. Tahun ini Liverpool nirgelar, tahun puasa gelar.

Di tanah air, penggemar bolasepak tengah bersatu menyerukan "gerakan pembisuan massal". Itu gara-gara komentator Bung Jebret yang dianggap berisik, lebay, dan tidak bermutu tatkala memandu siaran langsung olahraga.

Masalah merembet ke mana-mana. Admin @SiaranBolaLive mengajukan kritik. Cocot Valentino Jebret disebut-sebut sebagai cocot paling mengganggu di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, gelar ditambah dengan sematan "cocot silit".

Bung Jebret tidak terima. Valentino Simanjuntak tersinggung. Ia mengancam akan memolisikan admin. Jika dalam 1 x 24 jam sang admin tidak merespons somasi Pak Jebret, admin dilaporkan kepada polisi dengan tameng UU ITE. Pendek kata, meja hijau.

Selain Liverpool dan Jebret, kita tengah berada di bulan penuh berkah. Bulan penggodokan batin, bulan pengojlokan hati. Puasa bukan sekadar berlatih memerangi lapar, dahaga, dan sanggama, melainkan sekaligus mendidik hati dengan berbagai keterampilan batin.

***

Penggemar Liverpool, terutama yang muslim, tidak perlu hanyut terbawa arus kecewa. Perasaan sakit karena gagal mencapai tujuan adalah sesuatu yang lumrah. Boleh kecewa, sangat boleh, asalkan tidak berlarut-larut. Pengalaman puluhan tahun puasa gelar sudah cukup menjadi guru.

Dari kekalahan semalam, fan Liverpool bisa mengasah keterampilan batin. Selama ini kita malas bersyukur, tetapi rajin berkeluh. Terik sedikit, mengeluh. Giliran kehujanan, mengeluh lagi. Soal kecil, dikeluhkan. Masalah besar, dikeluhkan.

Singkat kata, mengeluh lebih sering kita pilih sebagai jalan ninja dibanding mensyukuri keadaan. Lihatlah pada sisi lain. Manchester United pernah 41 tahun puasa gelar, dari 1911 hingga 1952. Jadi biasa saja. Jangan kolokan kalau diledek. Ingat, sedang berpuasa.

Klub tetangga MU, Manchester City, malah lebih lama puasa gelar. Mereka butuh 49 tahun, dari 1955 hingga 2004, baru bisa mencicipi gelar juara Liga Inggris. Juara Liga Champions? City masih bermimpi. Jangan baperan jika dirisak. Ingat, sedang berpuasa.

Satu hal yang patut disyukuri adalah fakta bahwa Liverpool sudah berbuka puasa. Pada 2019 jadi penguasa Liga Champions; pada 2020 mengangkat trofi Liga Primer Inggris. Lewat berpuasa, suporter Liverpool bisa mengasah keterampilan batin: menikahi syukur dan mencerai keluh.

***

Pendukung Jebret, terutama yang muslim, tidak perlu berkecil hati. Begitu pula dengan Abang Jebret Tersayang. Selama hayat masih dikandung badan, kritik dan cerca niscaya ada. Tidak perlu sewot, apalagi mengancam main lopar-lapor. Biarlah UU ITE juga digunakan polisi untuk menyidik penipu daring (online).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun