Pertama, pemantik takwa dan tawa. Kehadiran sinetron berkualitas dari menjelang hingga usai sahur sungguh menyenangkan. Keluarga berkumpul di depan televisi. Tertawa bersama. Tanpa sadar, pada saat yang sama, nilai-nilai keislaman mengucur ke dalam dada.
Kedua, penguat imun dan iman. Puasa adalah ibadah rahasia. Ritual spiritual ini tidak seperti salat yang bisa tampak di mata orang. Puasa benar-benar menguji kejujuran hamba di hadapan Sang Pencipta. Kedatangan Baha, misalnya, memberikan pemahaman bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja. Dari pemabuk sekalipun.
Dengan dua faedah itu, saya siaga penuh menjalankan ibadah. Takwa dan tawa; imun dan iman. Di luar, pagebluk korona belum juga letih mengancam keselamatan warga. Di dalam dada, puasa hari kedua meneguhkan tabah.
Pada Ramadan tahun lalu, slogan "di rumah saja" berkumandang di mana-mana. Tahun ini sudah ada slogan baru, yakni "masih di rumah saja". Tidak apa-apa. Sahur masih ditemani Bang Jack. Ya. Bang Jack dari Curup. Eh, Kampung Kincir. [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H