Partai Demokrat versi Moeldoko benar-benar serius menanggapi seruan duel SBY. Meskipun hanya sebatas perang isu. Surut satu isu, muncul gosip baru. Tikai elitis tiada henti. Ada saja perkara yang dibabar agar berita Demokrat tidak ditelan angin lalu.
Kubu Moeldoko meniupkan isu baru. Pada Kamis, (25/3/2021) mereka gelar konferensi pers. Lokasinya istimewa. Hambalang Sport Center, Citereup, Kab. Bogor. Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang kembali bernyanyi. Kali ini mereka pilih lagu balada.
Candi Hambalang. Itulah isi lirik lagu balada itu. Darmizal, salah seorang penggagas KLB Deli Serdang, menyatakan kepada Tempo.co. alasan memilih lokasi konferensi pers di Hambalang.
"Ini lokasi bersejarah," ujar Darmizal. Tidak hanya itu. "Penuh paradoks," ujarnya lagi.
Meski begitu, dendang Max tidak bisa disepelekan.
"Dari tempat ini kami serukan kepada lembaga hukum, dalam hal ini KPK, untuk menindaklanjuti apa yang belum dilanjutkan," kata Max dalam konferensi pers yang saya kutip dari Kompas.com.
Serangan kubu Moeldoko benar-benar frontal. Mereka serang penghuni Puri Cikeas. Setelah menuding AHY politikus karbitan, setelah menyebut SBY otoriter memimpin partai, kini mereka menyergap Ibas dengan tuduhan korupsi.
Max menandaskan bahwa "Candi Hambalang" penyebab utama rontoknya elektabilitas Partai Demokrat. Hal itu memang tampak terang benderang. Setelah mengusung slogan "katakan tidak pada korupsi" pada Pemilu 2014, kader-kader Demokrat malah terlibat kasus rasuah.
Tak dinyana, suara Partai Demokrat terjun bebas pada Pemilu 2019. Partai yang berkuasa selama dua periode kepresidenan itu rontok. Suara sebanyak 20,85% yang diraup pada Pemilu 2009 turun separuh pada Pemilu 2014 menjadi 10,19%. Bahkan, pada Pemilu 2019 tersisa 7,77%.
Pelor dimuntahkan. Suara Max begitu lantang melaungkan nama adik sang Ketua Umum Partai Demokrat. Tunai sudah. Seluruh anggota keluarga Puri Cikeas diserang kubu Moeldoko. Max dan kolega seolah-olah tidak membiarkan SBY dan keluarga bernapas lega.
"Ya, Mas Ibas sendiri belum. Enggak diapa-apain. Mas Ibas juga disebutkan berapa banyak oleh para saksi, kan belum. Yulianis juga menyebutkan begitu, kan? Ya, yang masuk penjara kan kita tahu siapa-siapa," ucap Max yang dilansir Kompas.com.
Masih lagu lama. Masih bukti lama. Tidak ada yang baru, apalagi benar-benar baru. Max sendiri bagai tidak memedulikan sejarah. Pada saat sidang Hambalang digelar di meja hijau, ia sendiri pernah dipanggil selaku saksi.
Bukan hanya itu. Nazaruddin, kuncen korupsi Hambalang, sekarang berada di kubu Moeldoko. Itu bukan kabar gembira bagi rakyat Indonesia. Seusai menata korupsi sehingga Hambalang beralih fungsi, dari rencana pusat olahraga menjadi pusat bancakan cuan, Nazaruddin diberi tempat.