Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Melihat Dunia dari Kacamata Calon Mertua

19 Maret 2021   12:12 Diperbarui: 20 Maret 2021   09:38 1522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang yang ingin agak serius, serius, dan sangat serius meneruskan hubungan ke jenjang pernikahan, sadarilah bahwa posisi calon mertua sangat strategis. Tanpa restu calon mertua, perjalanan ke pelaminan bisa mandek, macet, bahkan gagal.

Oleh karena itu, Anda tidak bisa menyepelekan orangtua calon suami atau calon istri. Kenapa begitu? Sebab jika jadi menikah, kelak mereka akan menjadi orangtua Anda. Begitu orangtua calon pasangan Anda mengatakan "tidak", waspadalah. Boleh jadi cinta di hati Anda akan memicu frustrasi.

Anda mungkin mengira cukuplah dicintai calon pasangan lahir-batin sebagai bekal, tidak begitu. Setelah sukses memikat hati orang tercinta, berusahalah memikat hati orangtuanya. Dengan cara itu, impian menjadi raja atau ratu sehari di pelaminan bisa menjadi kenyataan.

Mengingat posisi strategis camer alias calon mertua, Anda butuh strategi pendekatan. Strategi itu harus Anda rancang dengan matang. Kalau perlu, susun sebanyak 26 strategi. Jadi kalau rencana A gagal, Anda masih rencana B dan 24 rencana cadangan. Masih gagal, beralih ke rencana C.

Berikutnya, Anda butuh taktik penaklukan. Menaklukkan hati camer tidaklah semudah membuai hati calon pasangan. Pasangan bisa kita buai dengan janji manis, bujuk rayu, atau gombal asoy.

Memikat camer tidak begitu. Mereka biasanya bertumpu pada kenyataan hidup. Cinta bukanlah satu-satunya pijakan camer untuk mengalirkan restu. Malahan ada camer yang sangat fanatik pada sindiran "makan itu cinta".

Dari asumsi di atas, Anda bisa menggunakan taktik penaklukan cespleng ini. Namanya: melihat dunia dari kacamata calon mertua. Artinya, belajarlah melihat segala hal dari sudut pandang camer. Jikalau Anda tangkas melihat dunia dari kacamata camer, jalan tol menuju pelaminan membentang di depan Anda.

Berikut ini saya udar tiga hal yang perlu Anda lakukan agar restu camer tidak pampat atau mampet.

Pertama, harapan. Ingatlah hal ini: tiap orangtua pasti punya harapan atas anak mereka. Semua orangtua pasti berharap anaknya bahagia. Ya, bahagia. Itu kata kuncinya. Pelajari dengan tekun kriteria bahagia menurut camer Anda.

Jikalau takaran bahagia di mata camer Anda adalah banyak uang, tampilkan citra bahwa Anda bisa memenuhi harapan itu. Barangkali hari ini uang Anda tidak seberapa, tetapi tunjukkan bahwa Anda bisa berusaha sebaik-baiknya untuk menanam pohon duit.

Tidak perlu ngeyel mengatakan "uang bukan segalanya", sebab kengeyelan Anda dapat memacu adrenalin antipati di hati camer. Tidak ada orangtua yang senang hati diceramahi oleh camen alias calon menantu. Jadi, menunduk dan mengalah saja. Menunduk untuk menanduk, mengalah untuk menang.

Kedua, tanggapan. Ingatlah hal ini: tiap orangtua pasti mengangankan masa depan tenteram bagi anaknya. Semua orangtua pasti ingin melihat keluarga anaknya tenteram. Ya, tenteram. Itu kata kuncinya. Amati dengan teliti bagaimana tanggapan camer atas diri Anda.

Okelah Anda termasuk kaum yang selalu ingin tampil apa adanya. Akan tetapi, Anda pasti tidak ingin ada apa-apa karena sikap Anda di depan camer. Jika camer Anda tidak suka lelaki berambut gondrong, pangkas dulu rambut Anda. Jika camer Anda tidak suka perempuan bergincu tebal, pulas tipis saja bibir Anda.

Kalau camer Anda tidak suka calon menantu yang rajin membantah, belajarlah menahan mulut. Tidak apa-apa kicep lima menit asalkan bisa menikah dan hidup bersama selamanya. Fokus saja pada tujuan akhir: pelaminan. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Beramai-ramai ke penghulu, bersenang-senang kemudian.

Ketiga, perasaan. Ingatlah hal ini: tiap orangtua pasti menginginkan menantu yang mengerti perasaan mereka. Semua orangtua pasti ingin diindahkan oleh anak dan menantu ketika masuk usia renta. Ya, perasaan. Itu kata kuncinya. Perhatikan perasaan camer Anda.

Memang benar bahwa Anda dan pasanganlah yang akan menjalankan bahtera rumah tangga. Semua orang tahu hal itu. Hanya saja, keluarga kecil Anda tidak bisa lepas begitu saja dari ikatan keluarga besar. Menikah bukan sekadar menyatukan dua hati, melainkan sekaligus menyatukan dua keluarga.

Di situlah pentingnya pintar mengambil hati. Bukan berarti harus munafik, bukan. Itu taktik belaka agar perjalanan Anda ke pelaminan tidak buntu di tengah jalan. Lagi pula, membahagiakan camer sama saja dengan membahagiakan orangtua sendiri. Apalagi kalau sudah menjadi mertua, oh, mereka otomatis menjadi orangtua Anda juga.

Itulah tiga perkara yang patut Anda catat dan camkan. Tiga perkara itu tidaklah rumit, sederhana saja. Seandainya rumit sekalipun, Anda tidak perlu rongseng. Memperjuangkan sesuatu memang selalu pelik, apalagi memperjuangkan perasaan.

Kalaupun Anda pikir masih ada perkara lain yang perlu Anda cermati, tidak apa-apa. Itu bagus. Kerahkan seluruh daya yang Anda miliki untuk meraih hati calon mertua. Oke? Sip! [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun