Tom dan Jerry. Ya. Begitulah gambaran hubungan Amien Rais dan Gus Dur. Berteman kendatipun tidak mesra.
Pada suatu ketika, seperti ramai dibincangkan banyak orang, Gus Dur pernah menceletukkan hal yang sangat menyentuh hati. Kata beliau, “Preman-preman itu akan menjadi gelandangan politik seumur hidupnya!”
Celetukan itu syahdan diucapkan oleh Gus Dur tatkala Amien Rais memimpin Sidang Istimewa di MPR. Sidang itu akhirnya melengserkan Gus Dur dari kursi presiden. Gus Dur bak ingin berkata, “Duhai Amien, engkau yang mulai engkau pula yang mengakhiri.”
Tidak, tidak. Saya tidak mengatakan bahwa celetukan Gus Dur ditujukan kepada Amien Rais. Tidak begitu. Namun melihat konteks percaturan politik saat itu, menilik Amien Rais yang memelopori barisan pelengser Gus Dur, bolehlah disebut Amien terikut dalam “preman politik” itu.
Berbicara tentang Amien Rais dengan segala kontroversinya memang tiada habis-habisnya. Bak sumur dengan mata air terus memancur. Hal itu terpantik gara-gara kebiasaan Amien Rais yang sering mengoceh tanpa saringan. Mungkin ada saringan, tetapi sudah koyak-koyak.
Jadi, begini ceritanya. Tepat ketika saya merayakan hari kelahiran ke-23, 10 November 1998, empat tokoh berunding di Ciganjur. Gus Dur, Amien Rais, Megawati, dan Sri Sultan Hamengku Buwono. Mereka bercakap-cakap soal akan dibawa ke mana gerbong reformasi.
Percakapan hangat itu akhirnya menghasilkan delapan butir pernyataan. Isinya tentang pokok pemikiran reformasi. Namanya keren. Deklarasi Ciganjur. Dari situ terlihat, Gus Dur dan Amien Rais bisa bercakap-cakap dengan hangat.
Pada saat gencar-gencarnya wacana tentang pemilihan presiden, Amien Rais menggalang Poros Tengah. Calonnya, Kiai Haji Abdurrahman Wahid. Ya, Poros Tengah akan mengusung Gus Dur sebagai calon presiden pada Sidang Umum MPR.
“Saya akan tercatat dalam sejarah modern sebagai politisi penipu jika pencalonan Abdurrahman Wahid hanya taktik dari saya belaka untuk berbalik merebut kursi presiden,” kata Amien Rais.
Sejarah akhirnya mencatat. 20 Oktober 1999. Gus Dur terpilih menjadi Presiden keempat Republik Indonesia. Sidang Umum MPR sepakat mengangkat beliau menjadi presiden, sedangkan wakilnya adalah Megawati Sukarnoputri. Sah.
“Sayalah orang pertama yang akan mempertahankan Gus Dur sebagai presiden sampai 2004,” ujar Amien Rais yang dilansir Tempo.co.
Benarkah demikian? Ternyata tidak. Bukan Amien Rais namanya jikalau sepi dari kontroversi. Tiap-tiap hari bagi Amien Rais mesti bertabur kontroversi. 23 Juli 2001. Setelah sebulan wira-wiri, seusai menyatakan akan mengawal Gus Dur hingga 2004, Amien akhirnya menaatakan, “Insyaallah besok kita akan punya presiden baru.”
Begitulah kisahnya. Amien yang memulai, Amien juga yang mengakhiri. Tidak heran jika Gus Dur geleng-geleng kepala. Tidak heran juga apabila Gus Dur heran melihat orang-orang berebut kursi atau jabatan. Gus Dur heran melihat orang-orang mengejar jabatan dengan modal uang miliaran.
“Saya jadi presiden tidak membawa modal apa-apa. Hanya modal dengkul. Itu pun dengkulnya Amien Rais,” kata Gus Dur yang saya kutip dari islami.co.