Apakah tabah bisa mengenyangkan? Ya, mengenyangkan hati. Jika kita kehilangan tabah, tubuh kita akan terkontaminasi rasa putus asa. Dampaknya besar bagi kesehatan tubuh, sebab kita bisa kehilangan gairah makan, malas melakukan apa-apa, susah tidur, bahkan mudah gelisah. Jadi, tubuh yang tabah berpotensi sehat lahir dan batin.
Dua turunan cinta di atas, semangat dan tabah, sudah mencukupi kebutuhan batin kita. Masih banyak turunan lain, tetapi saya khawatir tulisan ini menjadi sangat panjang. Percayalah, dalam perkara cinta saya selalu punya banyak kata.
Maka dari itu, rawatlah cinta. Dalam hal ini cinta secara utuh dan menyeluruh. Yakinlah, hanya cinta yang dapat mengantar kita ke gapura bahagia. Benci? Mustahil. Mungkin kita merasa senang saat melihat orang yang kita benci menderita, tetapi perasaan senang itu hanya berlangsung sesaat.
Makan itu cinta. Tidak perlu sewot jika mendengar kalimat itu. Santai saja. Apa pun yang Anda kerjakan, Anda pasti membutuhkan cinta. Bahkan menulis saja butuh cinta, apalagi makan. Tanpa rasa cinta, makanan akan berasa hambar.
Jadi, Saudara, bahagiakanlah hati Anda dengan cinta yang Anda miliki. Jangan ingat, orang lain belum tentu mau melakukannya untuk Anda. Kalaupun mau, belum tentu mereka mampu melakukannya. Andaikan mau dan mampu, belum tentu mereka tulus melakukannya.
Tidak ada pelayan dan pelindung bagi hati Anda sebaik Anda melayani dan melindungi hati sendiri. Terlalu berharap pada orang lain justru, suatu ketika, akan membuat Anda larut dalam kekecewaan. Percayalah pada pengharapan dan biarkan Tuhan mengurapi sisa hidup Anda.
Jadi, berjuanglah. Berjuanglah demi hati Anda, bukan berjuang demi Engkong Felix, Khrisna Pabichara, atau Tjiptadinata Effendi.
Salam takzim, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H