Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Tahukah Anda, Ada 159 Kata Tak yang Penulisannya Harus Digabung?

24 September 2020   20:22 Diperbarui: 24 September 2020   22:05 3829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih tentang pernak-pernik bahasa Indonesia. Ya, masih sama. Moga-moga pembaca yang budiman dan Kompasianer yang bijak tidak disergap rasa bosan. Bukan apa-apa. Itu lagi, itu lagi.

Kali ini takada Lema. Ia sedang takenak badan. Kurang bugar. Takbaik juga memaksa Lema agar ia hadir di sini bersama kita. Nanti hatinya takbahagia. Kamus bisa rusak olehnya. 

Jadilah saya sendirian menemani Anda mengobrol tentang kata "tak". Lagi-lagi, ini permintaan Bung Nursalam via artikel saya sebelumnya. Semua bermula dari kebiasaan saya membedakan antara "tak" yang digabung dan yang dipisah.

Begini, Sobat. Terus terang saja, ini pembahasan yang agak rumit. Meski begitu, saya berusaha mengudar perkara "tak" dengan cara yang sederhana. Sebisa-bisa saya, ya. Mudah-mudahan bisa dicerna. Syukur-syukur mudah dicerna. Begitu amar pembuka bincang-bincang kita.

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada "tak" yang digabung? Jika Anda membaca buku-buku anggitan Badan Bahasa, misalnya, niscaya Anda akan menemukan kata "takbaku". Simak, digabung. Jadi, bukan "tak baku".

Sekilas terlihat urusan "tak" digabung dan dipisah ini perkara receh belaka. Anda tiada rugi apa-apa jika melanggar kaidah penulisannya. Hangus tiada berapi, karam tiada berair. Begitu kata pepatah. Artinya, Anda tidak akan menderita kerugian apa-apa atau kesusahan yang tak tepermanai.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Meski begitu, urusannya akan berbeda apabila Anda sudah mengetahui bahwa ada "tak" yang dipisah dan digabung. Saya, misalnya, selalu berhati-hati acapkali menggunakan kata "tak". Dipisah ataukah digabung? Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang mengaduk-aduk pikiran saya.

Bagaimana dengan Anda? Tenang. Tidak perlu takut. Kalaupun selama ini Anda keliru, tidak ada juga polisi bahasa yang akan menilang Anda. Tidak ada juga wasit kosakata yang akan memberikan kartu kuning atau merah kepada Anda.

Hal pertama yang mesti kita pahami adalah asal mula kata "tak". Merujuk pada KBBI, "tak" adalah varian dari kata "tidak". Fungsinya sama, yakni 'menyatakan bentuk ingkar'. Bagaimana ciri-cirinya? Kata "tak" mesti diletakkan di depan kata sifat dan/atau kata kerja. Contoh: tak rindu; tak makan.

Kata rindu termasuk kata sifat, sedangkan makan tergolong kata kerja. Itu dulu aturan main yang patut kita camkan. Dengan demikian, kata "tak" tidak boleh diletakkan di depan kata benda. Contoh: tak api; tak buku; tak meja.

Hal kedua yang perlu kita camkan adalah penulisan kata "tak". Patut kita ketahui bahwa jenis kata "tak" terbagi dua, yakni (1) bentuk terikat, dan (2) bentuk bebas. Sekali lagi saya tegaskan, ada dua jenis "tak". Apa? Bentuk terikat dan bentuk bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun