Eksedentisias. Orang yang menyimpan rasa sakit di balik senyumnya. Kamukah?
Abaikan pertanyaan di atas. Itu terlalu sensitif. Lebih baik jawab pertanyaan ini. Apakah kalian rajin membaca?
Baiklah, saya anggap kalian rajin membaca. Silakan berbahagia telah didapuk sebagai orang yang gemar membaca. Buktinya kalian mau membaca artikel sotoy ini. Sekarang izinkan saya ajukan satu pertanyaan lagi. Mudah, kok. Apakah membaca sudah memperkaya kosakata kalian?
Maaf. Saya tidak bermaksud menjebak, meledek, atau menghina. Saya sekadar bertanya. Tidak perlu tersindir atau tersinggung. Cukup jawab di dalam hati. Oke? Kita lanjut. Jika jawaban kalian adalah tidak, amat disayangkan. Seharusnya jawab belum. Tidak berarti menutup pintu keberkahan. Belum berarti masih ada peluang membaca akan mengayakan perbendaharaan kata kalian.
Teman-teman yang sering dan getol menulis tentu tahu bahwa senjata penulis adalah gagasan. Nah, pelurunya jelas kata-kata. Jikalau stok kosakata kalian terbatas alias seadanya, ya, tulisan kalian akan begitu-begitu saja. Maju tidak, mundur tidak. Statis. Monoton.
Saya takjub apabila membaca tulisan teman-teman yang kaya kosakata. Engkong Felix Tani termasuk Kompasianer yang saya kagumi. Profesor kentir itu kerap memulung kata asing, entah dari bahasa daerah atau bahasa asing, lalu dicelupkan ke dalam tulisannya.
Kata kentir sering benar beliau pakai, cuma dengan penulisan yang berbeda. Sahabat kita yang rajin mengulik gagasan dalam tulisan kita itu menggunakan kenthir, saya menuliskannya tanpa /h/ sesuai kaidah penyerapan dalam bahasa Indonesia. Selain itu, beberapa kali beliau kedapatan memakai kata serendipitas.
Langkah elok Engkong Felix patut kita contoh. Dengan laku sedemikian berarti kita urun andil dalam pengayaan bahasa Indonesia. Jangan ingat, bahasa Indonesia akan tumbuh rimbun apabila kita tulus menyuburkannya. Banyak cara yang dapat kita lakukan. Menyumbang kosakata di antaranya.
Baca juga: Bahasa Indonesia Itu Kaya
Berikut ini saya agihkan enam kata yang belum tertera di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sengaja saya pilihkan kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, sebab perasaanlah yang melatari tulisan ini. Mari bertualang (bukan berpetualang, ya) di rimba kata.
Banyak orang di sekitar kita yang pintar benar menyembunyikan rasa sakit hati. Orang sedemikian itu sudah menghuni rumah tabah di klaster dewa. Disakiti, tersenyum. Dilukai, tersenyum. Tiba di rumah, ketika hendak melelapkan penat, bantal tiba-tiba basah dan hangat. Ada juga yang menahan bulir air mata, tetapi hatinya berdarah. Ada.