Cinta tak perlu riuh untuk jatuh. ~ Ismed Lewa
Kali ini saya menggunakan paragraf pembuka dengan menggunakan kutipan seorang pensyair. Namanya mungkin masih asing di telinga Anda, tetapi pernyataan Ismed di atas memiliki kekuatan makna untuk dijadikan sebagai paragraf pembuka.
Kita bisa saja memilih kutipan dari orang terkenal yang namanya familiar di kalangan pembaca. Itu sah-sah saja sebagai pengantar tulisan. Boleh juga dengan metode lain, yakni memilih kekuatan pesan tanpa memedulikan siapa pemilik kutipan. Saya menggunakannya untuk membuka artikel ini.
Sejatinya, paragraf pembuka merupakan pekarangan gagasan. Jika pekarangan itu kotor, semrawut, atau tak elok dipandang mata maka tamu yang berkunjung bisa jijik atau bergidik. Tulisan juga begitu. Paragraf pembuka harus memiliki daya pikat yang kuat agar pembaca berminat membaca tulisan kita hingga tetes kata penghabisan.
Sobat Kompasianer, kali ini saya masih membabar tentang trik sederhana menata paragraf pembuka. Seperti tulisan sebelumnya, saya akan memberantakkan paragraf pembuka yang ditaja oleh rekan Kompasianer kita, Sigit Eka Pribadi. Tulisan Kompasianer ini kerap mondar-mandir di kolom Nilai Tertinggi, Artikel Terpopuler, dan Artikel Utama. Ini pujian, bantingannya belakangan.
Agar tulisan ini sedikit berasa dan bergizi, saya singkap dulu trik apa yang dapat kita lakukan agar paragraf pembuka lebih apik, elok, dan sedap baca. Selain menggunakan kutipan, ada beberapa trik yang dapat kita gunakan untuk memoles paragraf pembuka.
Trik tersebut adalah (1) menyentak dengan perbandingan, analogi, atau kesenjangan yang kontras, (2) mengungkap isu penting yang masih jarang diulas, (3) menyingkap peristiwa luar biasa, (4) menyentak dengan pernyataan yang tajam, (5) menyuguhkan contoh konkret berkenaan dengan gagasan utama yang akan dibabar, dan (6) membuka dengan anekdot.
Pendalaman trik ini akan saya kuak dalam tulisan yang berbeda, itu pun kalau saya tidak lupa. Maklum, faktor "u" turut ambil andil dalam memengaruhi daya ingat seseorang. Tentu saja Anda paham apa yang saya maksud dengan faktor "u". Ya, uang. Eh, usia.
Selain itu, kita harus mencurahkan perhatian ekstra dan konsentrasi berlebih saat menata alinea pembuka. Alinea pembuka mesti memenuhi unsur pendukung, yakni (1) keringkasan, (2) ketegasan, (3) kepaduan, (4) ketedasan, dan (5) ketandasan.
Kalimat demi kalimat yang kita tumpukkan ke dalam paragraf pembuka, termasuk paragraf isi dan penutup, harus benar-benar ringkas, tegas, padu, tedas, dan tandas. Apakah Sigit mampu memenuhi lima unsur tersebut? Ya, mampu. Masalahnya, Sigit mau atau tidak? Ingat, dalam kata mampu terkandung kata mau. Itu berarti bahwa kemampuan mesti menyertakan kemauan.
Mari kita mulai.