Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alasan Cemas

15 Agustus 2020   08:01 Diperbarui: 15 Agustus 2020   08:02 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah kulupakan segala tentangmu: percakapan soal negara yang kehilangan peta, perdebatan ihwal pemimpin yang sibuk mengurus diri sendiri, serta pertengkaran kita perihal masa depan yang perih.

Bagaikan kopi, kita harus berani menenggak pahit.

Telah segalanya. Kecuali kopi seduhanmu dan kenangan yang mengepul di permukaannya. Takaran gula pas, didih air dihitung cermat, ritme adukan yang ramah nestapa, dan mata tulusmu yang meredup pelan itu.

Sebagaimana kopi, yang hangat akan dingin.

Sedap kopi sesuhanmu, yang tak terlupakan itu, mengendap di bagian tengah tengkorak kepalaku bersama sepat tawa yang mengapung pada pekatnya. Kemarilah. Temani aku menimbun cemas rindu.

Seperti kopi, harus ada yang tersisa. Pahit Rindu.

[kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun