Jangkrik di halaman mempertegas kesunyian.
Tiba-tiba Sam tersenyum lebar setelah menepuk lengan Sabda. "Ceritakan kepada kami kisah perjalananmu bersama Si Gadis Bermata Jelita!"
Dengan mata memancarkan rasa penasaran, Sam merupakan gabungan sempurna dari Pria Dewasa yang Selalu Ingin Tahu Isi Dapur Orang dengan Remaja Ingusan yang Merasa Sok Berkuasa Memerintah Orang Lain Sekehendak Hati. Menggelikan. Sekaligus, menyebalkan.
"Biasa saja," kata Sabda, "tidak ada yang layak kuceritakan kepadamu!"
"Sombong!"
Sabda tersenyum seriang penyerang yang kegirangan merayakan gol pertama ke gawang musuh bebuyutan.
"Kau belum memenuhi permintaan Sam, Sabda," tegur Willy.
Sabda menjawab sambil cengar-cengir. "Tidak semua permintaan harus dipenuhi!"
Sam mendesak. "Ini berbeda!"
"Sama saja," ujar Sabda. "Jika semua permintaan kita dipenuhi oleh Tuhan, kita tidak akan paham hakikat bersabar. Jika semua harapan kita menjadi kenyataan, kita tak akan tahu esensi tabah."
Sam mendesah pertanda menyerah. "Terserah!"