Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Politik Hari Cemburu

27 Juli 2018   12:00 Diperbarui: 27 Juli 2018   18:04 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay.com

Jika kepergian menyenangkan hatimu, biarlah puisi yang menenangkan hatiku. Sebab tiada yang dapat melukai hatiku yang pemaaf dan jauh dari sesak sesal.

Hatimu memasuki hari yang sarat benci, puisi memasuki hatiku yang dipeluk sunyi. Hatimu tergugu, tiada yang ditinggalkan marah selain gairah benci sepanjang hari.

Cinta menunggui mata yang marah, puisi memeluki tabah yang tubuh. Tidak ada yang ditinggalkan angan bagi kepulangan yang masih akan.

Kamu sibuk menumpuk cemburu, puisi masih terus memupuk rindu. Tidak ada yang ditinggalkan angin bagi ranting yang dicerai daun.

Cemburu seperti politik uang: setengah mati dicaci, tetapi diam-diam dinanti. Di panggung jadi lawan yang dimaki-maki, di punggung jadi teman yang dikasihi.

Kandangrindu, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun