Jika kepergian menyenangkan hatimu, biarlah puisi yang menenangkan hatiku. Sebab tiada yang dapat melukai hatiku yang pemaaf dan jauh dari sesak sesal.
Hatimu memasuki hari yang sarat benci, puisi memasuki hatiku yang dipeluk sunyi. Hatimu tergugu, tiada yang ditinggalkan marah selain gairah benci sepanjang hari.
Cinta menunggui mata yang marah, puisi memeluki tabah yang tubuh. Tidak ada yang ditinggalkan angan bagi kepulangan yang masih akan.
Kamu sibuk menumpuk cemburu, puisi masih terus memupuk rindu. Tidak ada yang ditinggalkan angin bagi ranting yang dicerai daun.
Cemburu seperti politik uang: setengah mati dicaci, tetapi diam-diam dinanti. Di panggung jadi lawan yang dimaki-maki, di punggung jadi teman yang dikasihi.
Kandangrindu, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H