Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiga Cuil Alasan Kroasia Bisa Juara

15 Juli 2018   21:02 Diperbarui: 15 Juli 2018   21:33 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Secuil Alasan Ketiga: Siklus 20 Tahun

Soalnya bukan setuju atau tidak setuju, tapi sekubu atau tidak sekubu.

~ K.H. Ahmad Mustofa Bisri, Ulama

Seorang anak muda berusia 17 tahun, yang saat itu dikenal arogan dan angkuh, menjadi bagian timnas Brasil pada Piala Dunia 1958. Enam gol ia sarangkan ke jala lawan selama babak gugur. Bahkan ia mencetak tiga gol di babak semifinal dan dwigol di babak final. 

Meskipun tidak terpilih sebagai pencetak gol terbanyak, pemuda belasan tahun itu menorehkan sejarah bagi bangsanya. Tahun itu, kali pertama Brasil merayakan gelar juara dunia. Anak muda itu sekarang sudah tua. Kita mengenalnya sebagai Pele.

Dua puluh tahun setelahnya, juara baru kembali lahir. Giliran Mario Kempes yang beraksi di negaranya sendiri, saat itu Argentina selaku tuan rumah, dan akhirnya Tim Tango meraih gelar juara dunia pertama pada Piala Dunia 1978. 

Dua puluh tahun kemudian, sejarah berulang. Adalah Zidane dan kolega yang mengangkat piala dan berpesta merayakan gelar pertama mereka pada Piala Dunia 1998. Salah satu pemain yang mencicip gelar juara dan sekarang ada di timnas Prancis adalah Deschamps. Tetapi selaku pelatih, bukan pemain.

Siklus itu kini tiba pada edarnya. Sudah dua puluh tahun berlalu. Jika tuah siklus itu masih mujarab, tahun bakal ada juara baru. Saya sudah menyatakan itu dalam tulisan saya tentang Piala Dunia 2018. Memang bukan ramalan, memang sekadar prakira, tetapi kadang yang sekadar justru menjadi besar. 

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Temannya teman saya yang juga teman saya itu melongo. Selama beberapa jenak ia tercenung, tidak berkata apa-apa. Saya dan teman saya santai saja menyeruput kopi dan menikmati kacang garuda.

"Saya tetap memilih Prancis," katanya mendesah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun