Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perang Para Kesatria di Rusia

15 Juli 2018   11:44 Diperbarui: 15 Juli 2018   13:03 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami harus bertahan, tetapi lewat serangan.

~ Zlatko Dalic, Pelatih Kroasia

Les Bleus, julukan timnas Prancis, ingin menambah jumlah bintang di dada. Semenjak berpesta di podium juara pada Piala Dunia 1998, pasukan Ayam Jantan baru menginjak babak final lagi pada 2006. Hanya saja, mereka gagal menyamai capaian Uruguay dan Argentina. Tahun ini mereka berpeluang mengulang pesta asalkan dapat melumpuhkan Kroasia. Hanya saja, itu bukan perkara mudah.

Dalam urusan daya serang, gedoran Kroasia lebih menyengat dibanding Prancis. Vatreni punya 100 percobaan tembakan ke gawang lawan, sedangkan Prancis cuma 75 kali percobaan. Separuh dari percobaan tembakan Kroasia meleset dari target. Adapun Prancis punya 35 tembakan yang tidak tepat sasaran. Meski begitu, Prancis bermain lebih efisien. Percobaan yang tepat sasaran mencapai 24 tembakan, sementara Kroasia hanya 26 tembakan.

Daya sengat serangan jelas berkait paut dengan jumlah gol. Sungguhpun kehadiran Dewi Fortuna ikut menentukan, gol akan lahir dari seruntun percobaan. Sontekan anak asuh Dalic yang diblok atau ditahan lawan lebih banyak ketimbang sepakan anak asuh Deschamps. Sebanyak 24 tembakan Kroasia dibendung lawan, sementara Prancis sebanyak 16 tembakan.

Berdasarkan fakta yang tersaji dalam enam laga itu, serangan Kroasia lebih menjanjikan. Prancis, sebagaimana terlihat pada laga melawan Belgia di semifinal, cenderung bermain taktis dan pragmatis. Tidak heran apabila Dalic bersikukuh bahwa yang mereka sebut bertahan sebenarnya adalah menyerang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Aktraktif dan Produktif

Kami sudah punya satu bintang di kaus kami, tetapi bukan kami yang meraihnya. Kami ingin memetik bintang kami sendiri. 

~ Paul Pogba, Gelandang Prancis

Vatreni, julukan Kroasia, ingin menyematkan satu bintang di dada. Mereka mengusung tekad menjadi juara. Setelah berhasil mengisi satu slot di Piala Dunia 1998, baru kali ini Kroasia mencapai final. Pasukan Kuda Hitam dari Balkan akan merengkuh Piala Dunia asalkan mampu mengalahkan Prancis, sungguhpun itu bukan perkara mudah.

Prancis tentu tidak sudi mengalah. Dua tahun lalu, di Piala Eropa 2016, mereka sudah merasakan getir tak terperi akibat keok di babak final. Diunggulkan banyak pihak, diramal bakal juara, ternyata ditundukkan Portugal. Patut diingat, tim yang akan dihadapi nanti malam lebih trengginas daripada Portugal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun