Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Remba Bersumpah Tak Akan Menulis Surat Cinta Lagi

25 Agustus 2017   19:40 Diperbarui: 26 Agustus 2017   14:04 2472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memeluk Diri Sendiri

Sudah lama Remba lupa memeluk dirinya sendiri. Selama ini dia terlalu memikirkan "apa kata orang". Sampai-sampai dia lupa pada kebahagiaannya sendiri. Apa saja yang dia lakukan harus seturut dengan "kata orang" tersebut. Akibatnya, dia merasa gagal menjadi dirinya sendiri.

Sewaktu memilih jurusan, dia mengabaikan minatnya pada sastra. Kata orang, eksakta menunjukkan kecerdasan. Semasa bekerja, dia kubur mimpi masa kecilnya menjadi guru. Kata orang, gaji guru tak seberapa. Selagi pacaran, dia paksa dirinya menjadi seperti yang diinginkan oleh kekasihnya. Kata orang, mencintai itu harus mampu membahagiakan yang dicintai.

Hari ini dia merasa ada yang hilang pada dirinya. Sebenarnya dia tak ingin mendramatisasi perasaannya, tetapi dia mulai berani mengkritik dirinya sendiri. Dia ingin mengonfirmasi pangkal ketidakbahagiaannya. Dia berniat mempraktikkan teori yang baru dipahaminya: membahagiakan diri sendiri. Dia tidak ingin mengubah semua orang yang dicintainya menjadi seperti yang dia inginkan, namun dia juga tak ingin mengubah dirinya menjadi "orang lain".

Remba tahu risikonya. Mungkin orang-orang yang dicintainya akan membencinya, mungkin. Tak apalah. Setiap orang berhak bahagia. Bukan pura-pura bahagia.

@krisnapabichara
@krisnapabichara
Tetap Cinta Sekalipun Jauh

Biarpun jarak memisahkan Remba dengan pujaan hatinya, Tami, cintanya tidak berkurang sedikit pun. Adapun Tami, dengan ketabahan tak terkira yang tergambar dalam surat-suratnya, tak sekali pun mengeluhkan perpisahan. Sekalipun Remba tahu, Tami juga dirundung rindu.

Andaipun waktu tak kunjung mempertemukan mereka, kasih sayang Remba tetap bertambah. Terus bertumbuh. Dekat ataupun jauh, hati Tami selalu tujuan akhir harapannya.

Kalaupun sinyal kurang bersahabat, sehingga komunikasi mereka terhambat, ingatannya rajin menemui dan menemukan Tami. Senja maupun hujan selalu punya cara memantik ingatannya yang melulu Tami. Hanya Tami. Hanya itu.

Meskipun seluruh kantor pos tutup, termasuk layanan jasa pengiriman surat yang lain, Remba tak pernah mencemaskan kesetiaan Tami. Sungguhpun jauh, dia yakin cintanya sudah lekat di hati Tami. Tidak akan tergantikan. Tidak akan.

@krisnapabichara
@krisnapabichara
Hati yang Tak Keliru Merindu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun