Memeluk Diri Sendiri
Sudah lama Remba lupa memeluk dirinya sendiri. Selama ini dia terlalu memikirkan "apa kata orang". Sampai-sampai dia lupa pada kebahagiaannya sendiri. Apa saja yang dia lakukan harus seturut dengan "kata orang" tersebut. Akibatnya, dia merasa gagal menjadi dirinya sendiri.
Sewaktu memilih jurusan, dia mengabaikan minatnya pada sastra. Kata orang, eksakta menunjukkan kecerdasan. Semasa bekerja, dia kubur mimpi masa kecilnya menjadi guru. Kata orang, gaji guru tak seberapa. Selagi pacaran, dia paksa dirinya menjadi seperti yang diinginkan oleh kekasihnya. Kata orang, mencintai itu harus mampu membahagiakan yang dicintai.
Hari ini dia merasa ada yang hilang pada dirinya. Sebenarnya dia tak ingin mendramatisasi perasaannya, tetapi dia mulai berani mengkritik dirinya sendiri. Dia ingin mengonfirmasi pangkal ketidakbahagiaannya. Dia berniat mempraktikkan teori yang baru dipahaminya: membahagiakan diri sendiri. Dia tidak ingin mengubah semua orang yang dicintainya menjadi seperti yang dia inginkan, namun dia juga tak ingin mengubah dirinya menjadi "orang lain".
Remba tahu risikonya. Mungkin orang-orang yang dicintainya akan membencinya, mungkin. Tak apalah. Setiap orang berhak bahagia. Bukan pura-pura bahagia.
Biarpun jarak memisahkan Remba dengan pujaan hatinya, Tami, cintanya tidak berkurang sedikit pun. Adapun Tami, dengan ketabahan tak terkira yang tergambar dalam surat-suratnya, tak sekali pun mengeluhkan perpisahan. Sekalipun Remba tahu, Tami juga dirundung rindu.
Andaipun waktu tak kunjung mempertemukan mereka, kasih sayang Remba tetap bertambah. Terus bertumbuh. Dekat ataupun jauh, hati Tami selalu tujuan akhir harapannya.
Kalaupun sinyal kurang bersahabat, sehingga komunikasi mereka terhambat, ingatannya rajin menemui dan menemukan Tami. Senja maupun hujan selalu punya cara memantik ingatannya yang melulu Tami. Hanya Tami. Hanya itu.
Meskipun seluruh kantor pos tutup, termasuk layanan jasa pengiriman surat yang lain, Remba tak pernah mencemaskan kesetiaan Tami. Sungguhpun jauh, dia yakin cintanya sudah lekat di hati Tami. Tidak akan tergantikan. Tidak akan.