Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perkara Kata "Gegara"

28 Februari 2017   17:56 Diperbarui: 30 Juli 2018   22:47 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: scilt.org.uk

Gegara kamu, rinduku terus bertumbuh dan bertambah.

Aku tidak suka kata “gegara”. Biarkan saja orang beramai-ramai memakainya, itu hak mereka. Akan tetapi, jangan kirimi aku sekalimat rindu dengan menggunakan kata itu. Aku tidak suka. Sekali lagi, aku tidak suka!

Kukira kamu sudah paham “apa itu kata ulang” dan “bagaimana membentuk kata ulang sebagian”. Ternyata belum. Kamu masih suka ikut-ikutan sampai-sampai yang keliru pun kamu ikuti.

Begini. Kata yang “diulang sebagian” adalah kata dari hasil pengulangan, seperti tamu-tamu menjadi tetamu. Kata dasarnya tamu yang diulang menjadi tamu-tamu, lalu diulang sebagian menjadi “tetamu”. 

Sekarang mari kita cermati akar katanya. Apa kata dasar “gara-gara”? Tidak ada, sebab “gara-gara” bukanlah kata yang dibentuk dari kata dasar “gara”. Dengan begitu, tidak ada kata “gegara”!

Kata ulang sebagian ialah kata ulang yang perulangannya hanya terjadi pada suku kata awal dan disertai dengan penggandaan vokal suku pertama itu dengan bunyi e pepet. Proses pengulangannya sederhana. Seperti dari laki diulang menjadi laki-laki, kemudian diulang sebagian menjadi lelaki

Sekarang mari kita renung-renungkan. 

Apa makna kata “gara-gara”? Dalam KBBI V tercantum “sesuatu yang menjadi penyebab” atau “pertanda”. Lalu, apakah kata dasarnya? Tidak ada, sebab gara-gara memang bukan kata ulang. Karena bukan kata ulang maka “gara-gara” tidak bisa dibentuk menjadi kata ulang sebagian.

Hal sama berlaku pada kata tiba-tiba. Kata itu bukan hasil pengulangan dari kata tiba, sebab makna kedua kata itu berbeda. Tiba berarti sampai, sedangkan tiba-tiba berarti mendadak atau seketika atau sekonyong-konyong.

Dengan demikian, kita tidak bisa membentuk kata ulang sebagian dari tiba-tiba menjadi tetiba. Itu keliru.

Jadi, jangan tiba-tiba kamu cari gara-gara. Rinduku tengah panas-panasnya. Kamu gara-garanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun