Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sulitkah Membuat Lelucon di 1 April?

2 April 2015   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:36 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah ada hari Abu Nawas? Apakah hari Abu Nawas itu jatuh pada setiap tanggal 1 April setiap tahun? Sulit memang untuk mengatakannya secara pasti. Tapi rasanya umum sudah sepakat secara tidak resmi bahwa pada setiap tanggal satu April setiap tahun, adalah harinya untuk orang bisa membuat tipu-tipuan atau bisa juga lelucon yang membuat sesama teman tertawa terbahak-bahak.

Pada masyarakat tertentu, itu sudah dilakukan bertahun-tahun hingga kini, entah sejak kapan kesepakatan tidak resmi itu dilakukan. Yang pasti, sejak pendidikan mulai mendunia, dan bacaan-bacaan tentang ceritera joke Abu Nawas beredar, membuat orang awampun ikut-ikutan membuat lelucon seperti yang dilakukan oleh tokoh Abu Nawas dalam ceritera-ceritera.

Kesepakatan tidak resmi ini telah berlaku umum pada semua umur, dan hari ini adalah hari Abu Nawas, hari untuk orang tipu-tipu sejenak dan juga hari saling berolok-olok, sambil menciptakan lelucon, hitung-hitung sebagai pelipur lara di tengah kehidupan yang penuh keseriusan.

Di Jerman, pada hari ini, kaum remaja juga secara tersirat membicarakan lelucon terbaiknya, mungkin dari antara mereka berjuang untuk membuat rekan-rekannya tertawa sejenak dengan lelucon terbaik (der beste Streich) dan itu tetap dirasa sulit bagi sebagian besar orang yang sudah terbiasa dengan situasi serius, dan bila orang berhasil membuat lelucon yang dapat membuat orang lain tertawa adalah merupakan sebuah prestasi tersendiri dalam pergaulan. Pada hari yang saya pikir sebagai Abu Nawas, 1 April 2015, saya mendapatkan sebuah pertanyaan di wall ask.fm saya dalam bahasa Jerman dari seorang sahabat Jerman yang berhubungan dengan lelucon.

Bunyi pertanyaan itu ialah: Was war der beste Streich, den du jemandem gespielt hast? (Apakah lelucon terbaik anda, yang telah anda gunakan untuk mempermainkan seseorang?). Sebelum saya menjawab, terlebih dahulu saya perhatikan jawaban-jawaban tentang pertanyaan yang sama. Saya memperhatian jawaban khususnya dari remaja-remaja lainnya di Jerman tentang pertanyaan ini. Seorang remaja Jerman yang berprofesi sebagai penari, penyanyi dan pemusik yang tinggal di Thueringen, Jerman memberikan jawaban: ich stell gerne kleinen nervigen kindern beinhäkchen… zählt das auch? (Saya ingin agar anak-anak kecil mengorek suatu tanda  di kaki, apakah itu bisa juga?).

Sejenak saya merenungkan jawaban-jawaban singkat dari anak-anak muda Jerman itu, mereka umumnya menjawab  dalam hubungan dengan soal perasaan geli, yang membikin seseorang tertawa sejenak, hahaha..tapi cara apa itu? Itu yang dimaksudkan si penanya. Tetap sulit menjawabnya dengan benar karena itu tergantung strategi orang, sering itu menjadi rahasia saja dalam membuat lelucon di hari Abu Nawas, kalau orang berhasil membuat kawannya berhasil tertawa terpingkal-pingkal bersama-sama, itu artinya dia berhasil. Reby, seorang remaja asal Rusia yang tinggal di Jerman mengatakan, bahwa dia memiliki cara yang baik untuk melakukannya (hab besseres zu tun). Sedangkan Jessy, seorang penari yang tinggal di Berlin mengatakan bahwa itu tergantung cuaca (=suasana). “Kalau cuaca (=suasana) menyebalkan, saya sendiri juga tidak bisa memutuskan cara apa yang baik untuk mempermainkan seseorang”, katanya (Was für ein scheiß Wetter, kann sich auch nicht entscheiden).

Memperhatikan Media-Media, tampaknya di tanah air, orang kurang antusias mendiskusikan cara-cara untuk menipu dan membuat sahabatnya terpingkal-pingkal di hari Abu Nawas. Orang umumnya tidak mendiskusikannya secara terbuka. Mungkin karena hari Abu Nawas belum populer, atau orang tidak mau bermain-main dalam membuat lelucon, sebab sering apa yang dipandangnya sebagai main-main atau lelucon bisa ditanggapi secara serius. Dan itu bisa berbahaya. Ini teramat hati-hatilah.

Di hari 1 April 2015 yang lalu, saya mendapatkan pertanyaan yang sama dari Jerman: Was war der beste Streich, den du jemandem gespielt hast? Lalu saya menjawab, “Heute ist der 1 April, der Abunawastag. Spiele ich oft Witze kitschig mit meinem Kollega, aber es ist selten..hahahahaha”, Artinya: pada 1 April, hari Abu Nawas, saya akui bahwa saya sering melakukan lelucon dengan sahabat-sahabat saya, tapi itu jarang, hahahaha. Entah jawaban ini memuaskan si penanya ataukah tidak, tapi saya dapat memahami bahwa der beste Streich sering menjadi pengetahuan pribadi yang sulit diungkapkan keluar untuk mau mempermainkan sahabat-sahabat kita, di hari Abu Nawas misalnya. Dan intinya, hari Abu Nawas sering sulit diakui, meskipun sudah selalu dilaksanakan, sebab kehidupan ini memang selalu diliputi dengan suasana serius.

Pantas saja, Jessy, seorang penari yang tinggal di Berlin mengatakan bahwa itu tergantung cuaca (=suasana). “Kalau cuaca (=suasana) menyebalkan, saya sendiri juga tidak bisa memutuskan cara apa yang baik untuk mempermainkan seseorang”, katanya (Was für ein scheiß Wetter, kann sich auch nicht entscheiden).

*Tulisan ini merupakan posting ulang dari artikel yang sama berjudul Sulitkah Membuat Orang Tertawa di 1 April ? (yang telah masuk Hightlight Kompasiana pada 1/4/2015) selanjutnya telah saya hapus dengan sedikit perbaikan.

______________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun