Judul artikel ini: Sekali Lagi, Jokowi Disandera Kasus BG? Merupakan judul tulisan yang aslinya saya baca dilayar Metro TV malam ini ketika salah seorang Wakil Ketua DPR RI, Fachri Hamzah menyampaikan pandangannya ke publik bahwa dari segi pengaruh, BG masih memiliki status paling kuat sebagai calon Kapolri saat ini karena BG telah memiliki pengakuan dari DPR RI sebagai calon Kapolri. Posisi sebagai Calon Kapolri ialah bahwa dia hanya menunggu dilantik secara resmi oleh Presiden Jokowi, posisi BG merupakan Calon terkuat Kapolri saat ini.
Bisa jadi Fachri Hamzah menyampaikan pandangannya ketika dia melihat dan membaca pada berbagai Media bahwa Kompolnas telah menyiapkan calon Kapolri baru. "Status BG masih merupakan Calon Kapolri terkuat. Dia telah mendapatkan pengakuan dan telah mengikuti semua prosedur sebagai Calon Kapolri, tinggal menunggu pelantikkan saja", Kata Fachri Hamzah kepada para pemirsa Metro TV.
Dengan judul ini tampaknya Metro TV sebagai Media yang selama ini sangat mendukung pemberitaan tentang Presiden Jokowi mulai tampak ragu dan secara tersirat melukiskan kesulitan posisi Presiden Jokowi di hadapan khalayak rakyat Indonesia. Ini terkait sulitnya memutuskan apakah Komjen BG nanti akan dilantik ataukah menunggu saat yang tepat untuk mengatakan "membatalkan"? Menyimak pernyataan Fachri Hamzah, tampaknya sebagai anggota Dewan, BG di mata DPR RI tetap merupakan calon sah Kapolri yang paling populer. Dia merupakan calon kuat Kapolri yang siap dilantik oleh Presiden Jokowi di mana semua tahap-tahap telah dilaluinya.
Hanya saja Presiden Jokowi masih menunggu perkembangan sidang praperadilan BG terkait status tersangka yang dijatuhkan oleh KPK beberapa waktu yang lalu, Pengadilan Praperadilanpun belum memutuskan secara tepat apakah Komjen BG benar-benar sah berstatus tersangka oleh KPK atau status tersangkanya dibatalkan karena KPK disinyalir tidak kompak dan diberitakan pimpinan KPK tidak lengkap saat menjatuhkan status tersangka kepada Komjen BG beberapa saat lalu.
Dengan judul di atas, tampaknya Media-Media kini mulai memberitakan hal-hal yang bernada kilas balik terhadap Jokowi akibat kehati-hatiannya dalam menangani persoalan Komjen (Pol) Budi Gunawan. Metro TV sendiri kurang memberikan penegasan apakah Jokowi benar-benar disandera oleh kasus BG atau tidak? Tanda tanya pada akhir kalimat di atas menunjukkan bahwa Media Metro TV mengembalikannya ke opini publik Indonesia, artinya silahkanlah publik beropini untuk menjawab ya atau tidak. Bila jawabannya ya, maka kita akan menemukan jawaban: ya, Jokowi disandera kasus BG dan bila jawaban tidak maka, tidak, Jokowi tidak disandera kasus BG. Secara tersirat tanda tanya dalam kalimat di atas menunjukkan bahwa Media-Media kini masih meragukan kemampuan menejement Presiden Jokowi dalam mengelola pemerintahan pusat.
Pernah terjadi dalam masa kampanye kali lalu, bahwa sekurang-kurangnya Prof Jeffrey Winters, pakar Indonesia di Universitas Northwestern, AS seperti dikutip Media Online DW de pernah mengatakan bahwa sejujurnya publik Indonesia umumnya masih meragukan kemampuan Jokowi dalam tingkatan substantif, bahwa seseorang yang belum banyak berpengalaman dalam banyak peran politik kepemimpinan nasional seperti Jokowi akhirnya bisa sukses memimpin Indonesia yang kompleks. Kesadaran terhadap kenyataan ini rupanya bisa membuat Kompasianer Arzawarsiregar menulis artikel berjudul, Menghitung Hari Kejatuhan Jokowi di Kompasiana pada 2/7/2015 yang meskipun tidak masuk HL namun telah diklik 1248 kali oleh pembaca.
Saya cukup tertarik dengan Wacana pada akhir artikel, di mana Kompasianer Arzawarsiregar menulis:  "Seiring dengan berjalannya waktu, skenario-demi skenario mulai tersingkap kepublik. Publik yang dahulunya terhipnotis mulai banyak yang mulai sadar, hanya saja rasa malu karena tertipu membuat masih banyak orang yang diam dan mengutuk dalam hati. Tapi silent majority ini hanya tinggal menunggu moment-nya untuk bersuara nyaring dan meledak. Melihat kekotoran permainan politik terutama di polemik terburu-burunya pengangkatan calon Kapolri yang tersangka koruptor padahal Kapolri yang menjabat masih lama pensiunnya, sampai busuknya proses kriminalisasi pembusukan para komisioner KPK dengan tuduhan ke kanak-kanakan akan membuat nurani para silent majority tersentuh dan bangkit untuk melawan para sindikat. Maaf Pak Jokowi, bagi saya anda bukan tirani tapi pion atau petugas Partai dari Megawati. Kalau hal ini akan terjadi, tinggal menghitung hari untuk kejatuhan Jokowi."
Secara umum, judul artikel ini mengingatkan publik akan kesulitan Presiden Jokowi saat ini dalam masalah kepemimpinan nasional yang kompleks kalau seorang pemimpin tidak memiliki banyak peran besar sebelumnya di tingkat nasional. Dengan hanya berpengalaman selama 2 tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta, (meskipun kini Presiden Jokowi mengandalkan banyak team penasihat di belakangnya) itu semua tak cukup rasanya menjadi modal utama untuk mengurusi persoalan kepemimpinan nasional yang kompleks. Kini keraguan kecil publik ini tampaknya sedikit mulai benar, salah satu misalnya, dalam kasus belum selesainya persoalan pergantian Kapolri baru setelah Jenderal (Pol) Sutarman berhenti sebagai Kapolri.
_________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H