Hari-hari ini, para siswa/i SMA di tempat saya mengajar sering bertanya-tanya kepada saya, kapan ujian try out UAN SMA akan dilaksanakan? Selama ujian semesterkah? Ataukah setelah ujian semester ganjil TA 2014/2015? Sambil mengangguk-angguk dan mencerna pertanyaan ini, sayapun mengatakan bahwa ujian semester ganjil bagi kelas XII SMA yang selalu dilaksanakan bulan Desember setiap tahun itu bukan ujian try out, sebab ujian try out bukan sebuah ujian rutin menurut kalender tetap pendidikan nasional.
Namun di balik pertanyaan spontan para siswa/i kelas XII SMA ini, saya dapat memahami adanya kegelisahan di antara para siswa/i kelas XII, mengenai realitas pendidikan yang melingkup dunia mereka. Pertanyaan ini sekaligus mengandung adanya spirit dan pergumulan yang hidup dalam diri para siswa/i kelas XII yang menandakan kegelisahan dalam proses pendidikan dalam diri mereka di sekolah-sekolah formal Indonesia.
Tak pelak, kegelisahan saban hari selalu menjiwai anak-anak muda ini, bukan hanya bagaimana mereka terus berusaha untuk taat terhadap segala peraturan di sekolah namun bagaimana mereka menghadapi kemelut pendidikan, termasuk bagaimana agar dapat memiliki ilmu dan keterampilan praktis agar lulus UAN.
Bahkan kegelisahan tampaknya juga terus menghantui semua element atau komponen dalam hubungan dengan pendidikan. Mulai dari penyelenggara pendidikan sekolah, pemangku kepentingan pendidikan nasional tentang desain Kurikulum, para guru, staff kependidikan, orang tua murid, masyarakat, para peminat pendidikan dll hingga para siswa/i sebagai peserta pendidikan itu sendiri. Kegelisahan dalam pendidikan adalah hal yang wajar bahkan positif. Secara hakiki sebagai manusia, kegelisahan ialah tanda-tanda kehidupan sebab kalau oarang tidak gelisah itu tanda bahwa dia sedang tidak punya daya hidup atau sedang bermeditasi dan berdoa. Hakikat pendidikan memang pada dasarnya harus membuat orang gelisah untuk berubah, menemukan hal-hal baru atau menegaskan hal-hal yang sudah ada menyangkut ide-ide atau kreatifitas keilmuan.
Seorang dosen saya di tempat saya berkuliah dulu, pernah menceriterakan kepadaku di ruang kuliah bahwa di tempat dia tinggal, bersama rekan-rekan para dosen senior, selalu terdengar bunyi musik yang tiba-tiba di malam yang sunyi ketika semua dosen telah terlelap, ternyata bunyi tiupan musik itu berasal dari dosen musik, yang tiba-tiba terbangun dari tidur karena menemukan melodi musik untuk menciptakan lagu baru. Takut kehilangan inspirasi yang telah didapatkannya, dia bangun lalu mencoba untuk menuliskan ritme melodi music temuan dalam ingatannya itu, dan juga mulai meniupkan terompet untuk mengetes melodinya di malam yang sunyi. Alhasil, karena inpirasi itu tiba-tiba datang, para dosen, teristimewa dosen musik sering gelisah sendiri, meskipun situasinya sedang malam.
Pendidikan memang harus membuat orang gelisah, untuk semua komponennya. Gelisah untuk terus belajar mencapai ilmu dan teknologi tinggi agar bisa menggenggamnya, demi kebaikan dan kesejahteraan serta keselamatan  baik untuk dirinya, maupun masyarakat universal. Kegelisahan di sini harus memberikan dampak positif demi kebaikan dan kesejahteraan, demi ilmu dan teknologi untuk saat ini dan masa depan. Kegelisahan merupakan obat penawar agar (dan karena) pendidikan tetap memiliki daya tarik dan daya pesona.
Untuk membuat orang gelisah dalam pendidikan, maka pendidikan harus memiliki daya membaharui, daya untuk untuk memperkuat ikatan dan komunitas masyarakat dan bangsa agar tercipta rasa keadilan dan kesejahteraan bersama.
Mudah-mudahan semakin orang gelisah, semakin orang terus berjuang untuk mengejar iptek dan terus membangun kehidupan yang lebih baik melalui pendidikan yang berlangsung selama hidup manusia. Semoga!
____________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H