Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradise In the World

25 Januari 2015   04:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:25 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Malam ini, saya merenungkan tema tentang Paradise In The World. Paradise menunjukkan taman firdaus yang dilukiskan Kitab Kejadian di mana Adam dan Hawa hidup dalam kebahagiaan dengan mentaati semua perintah Tuhan. Paradise yang menunjukkan taman kebahagiaan adalah taman yang menggambarkan keadaan sebelum manusia pertama jatuh ke dalam lumuran dosa. Ungkapan Paradise In The World menyadarkan saya bahwa setidaknya surga tidak hanya ada ketika hari pengadilan tiba, namun saat kita hidup di dunia, kitapun bisa merasakan surga itu, kalau hidup kita baik dan benar serta beriman agar nanti kita kita bisa memperolehnya secara abadi di dunia seberang.

Paradise in The Wold di dunia ini hanyalah semacam latihan. Sebab surga di dunia hanyalah bersifat sementara saja, namun kita patut merasakannya juga saat hidup di dunia ini sebagai gambaran pokok agar kita nanti dapat juga memilikinya kelak ketika kita mati. Surga ialah dialog penuh ketulusan, penuh persaudaraan dan keikhlasan, kudus dan suci di mana Tuhan sebagai Allah kita dan kita sebagai umatNya.

Ia juga ibarat perjamuan, di mana kita dapat makan bersama dengan hidangan yang lezat, penuh kegembiraan dan kebahagiaan, saling membantu dan terhubung. Ia juga ibarat sebuah madah syukur dan pujian, di mana kita sebagai umatNya bersama para malaikat, kita memadahkan kidung pujian kepada Tuhan Yang Maha Mulia.

Tapi dosa dan kesalahan terus saja selalu menghantui manusia, dosa selalu menghalangi manusia untuk mendapatkan surga di dunia ini, dan upah dosa ialah maut. Kalau kesalahan dan kejahatan manusia sedemikian luar biasa, misalnya kejahatan dalam kasus narkoba, kejahatan dalam kasus terorisme dan kejahatan dalam hal pembunuhan luar biasa, maka upah dosa ialah maut. Setidaknya kita bisa belajar dari peristiwa demi peristiwa eksekusi mati yang telah dijatuhkan negara bagi para terpidana Narkoba, para terpidana kasus terorisme, kejahatan luar biasa, dll. Negara juga berkewajiban ikut menciptakan surga di dunia ini, negara bisa juga menyeleksi orang yang bisa masuk surga di alam sana dan orang yang masih tinggal dalam penantian di api penyucian di alam sana. Ukurannya ialah kesaksian hidup manusia bersangkutan di dunia yang fana ini dan sementara ini, menjadi ukuran pokok agar orang dapat masuk surga atau tidak, inilah ukuran orang mengalami Paradise In The World or not?

Kalau upah atas dosa berat dan luar biasa ialah maut yang didapatkan di dunia ini sebagai akibat dosa berat, bisa dicapurtangani oleh negara yang menjadi sumber keberadaban maka upah itu mungkin bisa saja terus berlanjut hingga orang berada di alam sana, alam lain. Surga bisa dilihat dan dibayangkan baik di dunia untuk kemudian bisa dinikmati di alam sana. Surga ialah kebersamaan penuh cinta persaudaraan, suatu relasi penuh kedamaian di mana tidak ada dengki dan iri hati, serta tidak ada murka dan kejahatan. Surga ialah sebuah peradaban agama, yang penguasa agama dan negara bisa ciptakan baik sejak di dunia ini, maupun kelak juga kelak di surga.

Sebagai sebuah peradaban tingkat tinggi dalam religiositas, konsep surga membuat orang terpaksa harus membentuk diri, membentuk komunitas antar manusia universal dalam kesatuan di mana di dalamnya ada cinta dan dialog penuh persaudaraan, saling membagi dan terhubung penuh kebajikan dalam kehidupan yang diresapi Tuhan di mana manusia sebagai umat Tuhan dan Tuhan sebagai Allah manusia segala isinya. Lalu apa salahnya kalau kita ciptakan surga di dunia ini juga, meskipun hanya sementara saja agar kita dapat memiliki bayangan akan keadaan surga paripurna di dunia sana.

Surga, memang kata yang pendek namun memiliki makna terdalam, terpuncak, terlalu menarik serta terlalu panjang untuk kita refleksikan dengan penuh iman. dalam religiositas imani, ia merupakan puncak peradaban manusia segala zaman di dunia ini  dan kelak juga di alam lain......

______________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun