Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monumen Seroja dan Bupati Belu Dari Militer

6 Oktober 2014   14:23 Diperbarui: 2 Januari 2017   09:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Adalah sangat menarik bahwa Bupati penandatangan Prasasti Seroja di Monumen Seroja ialah seorang Bupati dari kalangan militer. Dialah Bupati Belu Ignatius Sumantri, yang di dinas militer berpangkat Kolonel Infantri. Bupati Sumantri merupakan satu-satunya Bupati Belu dari kalangan militer dalam sejarah kepemimpinan Bupati Belu dari masa ke masa hingga saat tulisan ini dibuat. Ketika itu ketua DPRD II Belu dijabat oleh Drs Yoseph Manek dari Partai Golkar. Drs Yoseph Manek merupakan putera Nai Adat Natimu yakni Nai Vincentius Atok Nanaet. Dia beribukan seorang wanita keturunan China.Sesuatu hal yang ditentang keras oleh rakyat Naitimu ketika itu karena rakyat Naitimu menganggap sebagai sesuatu yang tak lazim. Ketika zaman kolonial Belanda, di Belu, masing-masing etnisitas yakni etnisitas Belu, etnis China dan etnis Arab hidup berdampingan namun memiliki pemimpin masing-masing yang diangkat pemerintah kolonial Belanda.

Ketika Drs Yoseph Manek menjadi ketua DPRD Belu, suasana perpolitikan Belu masih memainkan peranan turunan dalam lingkaran Kenaian, Keloroan dan Keliuraian di berbagai wilayah adat Belu. Masyarakat Belu masih menghormati para keturunan Nai karena itu kepemimpinan Belu lebih memainkan peranan yang sejalan atau bercorak kepemimpinan adat. Munculnya Bupati Sumantri, yang tidak terlahir dari keluarga raja Belu, namun berasal dari kalangan militer membuat "keterkejutan' bagi seluruh masyarakat Belu. Namun bagi sang Ketua DPRD II Belu yang memimpin sidang pemilihan ketika itu, nuansa ini sebagai titik balik sejarah kepemimpinan Belu dalam gerakan yang sealur dengan operasi Seroja di Timor-Timur di mana wilayah Belu menjadi batu loncatan untuk kesuksesan operasi itu.

Dengan berbagai pertimbangan matang, Palu sidangpun dijatuhkan untuk kemenangan Bupati Sumantri. Selama periode kepemimpinannya, dia lebih banyak memainkan kepemimpinan militer dengan disipilin tinggi dalam segala hal, termasuk disiplin dalam kerja dan penyelesaian proyek jalan dan jembatan yang menghubungkan berbagai daerah dalam wilayah Belu dan luar Belu khususnya ke Timor Timur.

Sebagai seorang komandan tempur unit militer dengan pangkat Kolonel, ketika itu TNI sedang masa berkonfrontasi dengan pihak Fretelin baik dalam wilayah Timor Timur maupun di forum internasional. Sang Bupati beragama Katolik itupun memacu tingkat kedisiplinan ala militer dan mengkonsentrasikan perhtiannya pada pembangunan infrastruktur jalan, Sekolah-Sekolah dan jembatan. Dia juga mendirikan banyak monumen-monumen yang menandai kerja sama pemimpin daerah dengan berbagai tugas dan program operasi militer ke Timor Timur di mana wilayah Belu menjadi titik tolak untuk kesuksesan operasi itu. Operasi Seroja berjalan sukses berkat kondisi dan dukungan dari wilayah Belu. Sebagai Bupati dari militer, dia bekerja penuh disiplin dan dedikasi hingga akhir periode kepemimpinan dan berhasil merangkul kekuatan massa rakyat untuk gerakan pembangunan infrastruktur, jalan dan jembatan juga pendidikan.

Tampaknya hingga kini, rakyat Belu akan tetap mengenang sosok Bupati dari kalangan militer ini yang tegas, disiplin, tegap dan gagah yang telah tampil ke depan kancah perpolitikan Belu, setelah terjadi perseteruan alot yang tampaknya tidak bisa didamaikan dari antara figur-figur kepemimpinan sipil yang dimotori oleh para putera keturunan dari para pemimpin adat di wilayah kepemimpinan adat Belu: Malaka, Belu Utara dan Lamaknen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun