Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghindari Mabuk Berat, Perlu Komitmen Kuat!

16 September 2014   07:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:34 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mabuk di sini adalah gambaran orang yang sedang overdosis karena menegak arak. Ingatan menjadi kacau balau dan mata berkunang-kunang. Bicara menjadi tak jelas dengan kalimat-kalimat yang tak tersusun secara baik. Namun banyak orang tetap "ketagihan" untuk melakukannya. Produksi arak terus meningkat baik legal maupun ilegal setiap tahunnya. Makin diberantas, produksi baru makin banyak berdear malahan. Produksi arak seperti laron di musim hujan, makin diusir makin bertambah banyak, malahan sayab-sayabnya mengotori ruangan.

Situasi masyarakat di manapun dapat saya gambarkan bahwa membuat pesta nikah atau pesta agama yang meriah merupakan sebuah kebanggaan "adat". Dalam membuat pesta, keluarga biasanya dilibatkan. Putera/i dari seorang pria/wanita yang sambut baru, saudari ayahnya atau saudara ayahnya ikut menyumbang bahan untuk pesta, mulai dari uang, arak/moke, babi, beras, dll.

Para penyumbang bahan untuk pestapun patut dicatat dalam agenda buku keluarga agar kelak ketika suatu kesempatan mereka menggelar hajatan serupa, bahan-bahan atau uang yang telah disumbangkan pada pesta putera/inya harus "dikembalikan'. Biasanya yang hadir dalam sebuah pesta wajib menyumbang alakadarnya untuk berhak ambil bagian dalam pesta yang meriah dengan dentuman musik keras.

Kini, pesta atau tanpa pesta, kumpulan anak-anak muda yang sedang gembira selalu dilakukan dengan minum minuman keras. Saya pernah melewati sebuah trotoar di kota, ada kumpulan anak-anak muda dengan sebotol arak di tengahnya. Tampaknya mereka sedang "minum". Di kota-kota atau desa-desa, Arak sering menjadi menu utama kalau ada perayaan pesta nikah atau sejenisnya. Katakanlah sebagai menu persaudaraanlah. Padahal persaudaraan bisa dipererat dengan cara yang lebih berkualitas.

Bagi kelompok anak-anak muda itu, minum Arak merupakan minuman persaudaraan. Orang duduk melingkari sebotol miras yang dituangkan secara bergilir dalam sebuah gelas sambil menyelengi dengan lauk berupa lawar atau dagung, lalu sambil terus berbincang-bincang akrab hampir pasti memang selalu mewarnai kumpulan kelompok orang muda di mana-mana, termasuk di daerah saya. Selain itu dentuman musik bisa dibilang ikut meramaikan situasi, ya ketika orang-orang sudah pada tak sadar karena alkohol.

Pada berbagai kawasan di Indonesia, pesta dengan hidangan moke atau bier kampung atau arak sejak lama sering ditanggapi agak miring yakni pemborosanlah, merusak karakter orang mudalah, pengacauanlah, dll. Orang-orang muda yang sedang berkonsumsi miras-ria diamati bahkan kemudian terkena operasi anti Miras oleh pihak aparat keamanan. Alasannya sepeleh, kalau orang minum Miras terlalu banyak, pusing dan kekacauan muncul dengan suburnya bahkan bisa muncul keracunan dan kematian. Penyebabnya orang hidup dan tinggal di ruangan terbuka ketika minum arak. Suaranya gampang didengar dan dapat mengganggu ketenangan. Ini berbeda dengan kalau orang minum dalam ruang rumahnya. Suaranya tak sampai terdengar di luar. Setelah habis pesta, orang langsung beristirahat nyenyak.

Indonesia memiliki jumlah generasi muda yang besar setiap tahun. Dari jumlah generasi muda yang besar itu, sayangnya banyak anak-anak muda yang sebenarnya memiliki potensi bagus dan berkualitas "dirusakkan" oleh Miras. Lingkungan hidup di sekitar anak-anak muda itu bida menjadi penyebab rusaknya kemampuan konsentrasi dan mentalitas anak-anak muda. Ini patut disesalkan. Padahal generasi muda kita merupakan generasi emas. Tak sedikit ingatannya terganggu karena mabuk berat. Tak sedikit yang tubuhnya rusak karena mabuk berat. Tak sedikit yang kehilangan masa depan karena selalu mabuk berat.

Kalau semua generasi anak-anak muda ini dibiarkan bermabuk-mabuk, maka dipastikan kualitas kehidupan menurun. Keluarga dan masyarakat pada gilirannya akan goyah bahkan "hancur". Ini patut disayangkan padahal para Pendidik selalu berjuang agar generasi muda perlu menghindari mabuk-mabukan demi mempersiapakan diri lebih tenang dan sadar agar memiliki masa depan yang gemilang.

____________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun