Hari ini, saya masuk 10 menit setelah lonceng masuk kelas. Ini masih cukup telat, namun masih bisa ditolelir, dari pada saya cepat-cepat dengan kendaraan di jalan raya lalu aku kecelakaan terlindas kendaraan yang lalu lalang dengan kencang. Syukur kepada Tuhan, sebab aku dengan selamat masuk kelas juga dan sempat melihat para siswa/iku menyambutku dengan muka riang. Tampaknya mereka sedang berbicara dengan Wali Kelasnya. "Dua orang siswi sedang berulang tahun", kata Wali Kelas, "keduanya minta didoakan dan minta doa syukur atas HUT", lanjut beliau.
Terus terang, selama saya menjadi guru, tak pernah ada perhatian sedemikian besar kepada para siswa/i kelas yang ber-HUT. Ini luar biasa. Sayapun meminta agar jam istirahat saja acara dilanjutkan soalnya saya ingin membahas soal-soal Mid Semester. Dengan doa pembukaan yang saya pimpin sendiri, Pelajaranpun dimulai.
Pelajaran siang tadi mengalir begitu lancar hingga saat istirahat, meskipun hanya 15 Menit, namun mereka tampak gembira. Selama istirahat siang itu, Wali Kelas tampak di depan kelas untuk memimpin doa syukur atas HUT kedua siswinya. Mereka berdoa dan menyanyi dan mengucapkan syukur kepada Tuhan atas anugerah kehidupan yang diterima kedua siswi tersebut. Lima belas menit selesai, acara berhenti. Pelajaran pun dilanjutkan lagi.
Tampaknya limabelas menit ketika itu merupakan saat yang sangat bermakna dan bernilai di mana sebagai Wali Kelas, sang guru memimpin doa dan menyanyi memuji Tuhan, dan bersyukur atas rahmat kehidupan atas diri para siswa/inya yang ber-HUT. Terasa ada nuansa baru, ada wajah-wajah berseri dengan harapan baru. Maknanya ialah bahwa setiap siswa/i di kelas harus mendapatkan perhatian dan layanan penuh satu demi satu. Bila dilakukan dengan penuh kasih, maka tangan guru adalah tangan Tuhan yang menyapa dan memberikan perhatian dari pribadi ke pribadi mereka.
Semua siswa/i merasa tersentuh. Mereka bergembira dan bersyukur atas rahmat kehidupan dengan merayakan HUT teman-temannya meskipun hanya limabelas menit. Limabelas menit yang bermakna, lima belas menit yang membuatku tersentuh bahwa hidup ini harus tetap disyukuri apapun keadaannya, bahwa Tuhan selalu Maha Baik bagi semua orang tanpa membedakan. Guru harus menyalurkan rahmat, memberikan harapan baru dan menuntun para siswa/inya menuju masa depan dengan penuh syukur. Limabelas menit yang luar biasa bagi pendidikan akhlak dan kemanusiaan orang-orang muda yang sedang berjuang menggapai masa depannya.
_____________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H