Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Embung, Rahmat untuk Kehidupan dan Peradaban

14 Juni 2017   06:02 Diperbarui: 14 Juni 2017   09:52 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peradaban besar dunia dibangun di tepi sungai atau bendungan besar. Karena air ialah sumber kehidupan peradaban. Peradaban manusia dalam segala zaman berkembang dekat sumber air. Ketiadaan air menimbulkan matinya kehidupan dan mandeknya perjalanan peradaban manusia. Dalam keadaan memaksa, orang tetum menjalankan suatu tradisi adat unik yakni upacara adat menahan sementara air hujan agar air hujan jangan dahulu turun ke bumi karena ada hajatan penting di desa. Upacara adat ini biasanya dilangsungkan saat suatu pekerjaan adat kemasyarakatan belum selesai dilaksanakan, misalnya pendirian dan peresmian rumah adat, pesta kenduri dan pesta pernikahan. Tidak semua tua adat memiliki kemampuan untuk menahan air hujan. Hanya tua adat dari suku tertentu memiliki kemampuan adat ini. Kemampuannya dibutuhkan saat suatu pekerjaan kemasyarakatan adat yang butuh kerja gotong royong belum selesai dikerjakan secara bersama-sama.

Akan tetapi, akhir-akhir ini, fungsi dan tugas tua adat seperti ini sudah tidak ditemukan lagi. Bersamaan dengan meninggalnya sang tua adat dengan tugas seperti itu, jarang ada tua adat memainkan peran demikian secara terang-terangan. Mungkin mereka melakukan untuk kelompok mereka saja. Ini membuktikan bahwa air hujan sangat dibutuhkan dan dirindukan oleh masyarakat Timor-NTT. Mereka akan menunda sementara tugas gotong royong bila hujan turun dengan derasnya agar air hujan bisa menghidupkan semuanya baik tumbuhan, hewan dan manusia. Agar air hujan mendatangkan kesegaran dan kesejukkan setelah mereka mengalami panas terik musim kemarau yang mendatangkan kekeringan yang hebat.

Air amat bernilai bagi semua kehidupan di bumi, baik tumbuhan, hewan maupun manusia. Semua nilai-nilai dan perkembangan peradaban manusia yang tinggi bertumbuh dan berkembang di sekitar sumber-sumber air seperti sungai dan danau. Tanpa sumber air, peradaban manusia tidak akan berkembang dengan baik.

Salah satu peradaban bangsa yang amat menonjol, yang telah, sedang dan akan ditunjukkan hingga saat ini di tanah Timor-NTT ialah peradaban membangun bendungan dan embung-embung. Dengan bendungan-bendungan dan embung-embung, kawasan Timor-NTT yang dahulunya kering dan gersang kini mulai menggeliat dan bertumbuh menjadi kawasan hijau penuh dinamika kehidupan. Pembangunan bendungan dan embung ialah proyek berkala besar yang hasilnya akan dirasakan di masa depan. Selain embung besar, juga bertaburan banyak embung-embung kecil pada setiap sawah penduduk Timor-NTT.

Dalam buku saya berjudul: Jalan Wadas Politik dan Pendidikan Indonesia Kontemporer (Depok: Herya Media, 2014) saya mencatat bahwa pembangunan embung-embung mendatangkan berbagai ketidakpuasan masyarakat pemilik lahan di Belu untuk berbagai proyek embung. Mereka mengeluhkan tentang ketiadaan ganti rugi bahkan ganti rugi yang rendah. Ada kesan pencerabutan akar budaya masyarakat dan hak-hak adat dan ulayat kurang diperhatikan pemerintah. Ada banyak embung malahan hanya meninggalkan lelubang kosong, tak berarti saat musim hujan. Meskipun demikian ada banyak juga ditemukan keberhasilan pembangunan embung untuk masyarakat misalnya: embung Haekrit dan embung Sirani. Kedua embung ini merupakan embung-embung besar di Belu. Masyarakat telah gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berguna: sawah, perikanan, usaha sayur, ternak dan MCK.

Bendungan dan embung menahan begitu banyak air yang mengalir deras selama musim penghujan untuk diam lebih lama di suatu tempat penampungan. Lalu dari sana, kehidupan dan peradapan masyarakat mengalir. Dengan adanya pembungan embung dan bendungan yang mengalir deras, pada suatu saat, dari atas pesawat terbang, kita akan menyaksikan hijaunya dan makmurnya pulau Timor-NTT di masa depan. Dengan adanya embung, lahan-lahan yang tidur kembali dialihfungsikan menjadi lahan-lahan produktif baik untuk persawahan, pertanian maupun untuk pemeliharaan hewan-hewan produktif untuk kesejahteraan umat manusia. Jadi dengan adanya embung, rahmat Tuhan menumbuhkan kehidupan dan peradaban manusia Timor-NTT demi menggapai masa depan bangsa yang modern dan gemilang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun