Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertindak Dermawan/i

13 Agustus 2014   03:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:42 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap kali saya sedang asyk mengajar di kelas, seringkali tiba-tiba muncul beberapa siswa/i dari OSIS sekolah dengan kotak sumbangan di tangan mereka. Kelompok para siswa/i ini kemudian minta ijin guru yang sedang mengajar untuk berbicara di depan kelas tentang maksud kedatangan mereka. Seorang utusan dari kelompok itu kemudian berkata di depan kelas di hadapan seluruh siswa/i. "Selamat siang semua teman-temanku. Kami merupakan utusan dari OSIS ingin memberitahukan bahwa orang tua dari teman kita si anu/teman kita si anu, sudah meninggal dunia atau sakit. Selanjutnya kita diminta sumbangan ala kadarnya sesuai kemampuan keuangan kita masing-masing", kata salah satu utusan OSIS itu.

Lalu kotak sumbanganpun diedarkan ke seluruh ruangan kelas. Para siswa/i yang memiliki uang tampak memasukan uang jajan ke dalam kotak sumbangan OSIS tersebut. Saya memperhatikan aktivitas itu dengan cermat. Meskipun, sebagai guru, saya wajib memberikan derma yang disiapkan sekolah dengan memotong gaji bulananku, namun toh seringkali sayapun ikut memberikan sumbangan nyata -meskipun sedikit- bersama para siswa/iku. Kami tampak memasukan sedikit uang ke dalam kotak derma itu. Setelah itu, rombongan kelompok siswa/i utusan OSIS itu berlalu untuk menuju ke ruangan kelas berikutnya.

Kebiasaan memberikan sumbangan sukarela ini telah berlaku sejak lama untuk seluruh sekolah di Indonesia, teristimewa sekolah-sekolah di kota di mana para siswa/inya melimpah. Menurut saya, ini sebuah kebiasaan yang bagus, yang harusnya terus dihidupkan. Dengan menyumbang untuk kegiatan amal demikian, para siswa/i kita dapat dilatih dan dibiasakan untuk bertindak sosial, prihatin dan mau membagikan uangnya bagi sesama yang dirundung malang.

Menyumbang untuk kegiatan amal merupakan perwujudan dari sikap hidup mau menolong tanpa pamrih. Latihan dan pembiasaan baik ini telah dimulai di lingkungan sekolah di mana nilai-nilai solidaritas, suka menolong dan mau merasakan kesulitan sesama terus dipupuk dan dibina secara berkelanjutan. Setelah tamat sekolah toh kebiasaan menyumbang uang untuk membantu kesulitan sesama perlu terus dipupuk dan dilaksanakan di tempat di mana para siswa/i ini hidup dan bersosialisasi.

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap sosial dan berderma seperti ini, sebaiknya para siswa/i kita tidak boleh dipaksa dengan pendidikan yang keras dan bersikap memaksa. Penekanannya harus kepada kesadaran sendiri termasuk kesadaran berdasarkan hasil "pengolahan diri" mereka sendiri bahwa dalam diri sesama yang menderita, Tuhan sedang hadir dan ingin menyapa umatNya. Tuhan hadir dalam diri mereka yang menderita dan membutuhkan bantuan kita. Dengan itu, memberi bantuan bagi sesama yang menderita merupakan wujud dari nilai-nilai iman yang dihidupkan dan dipelajari di Sekolah-Sekolah kita.

Setiap kali kotak sumbangan dari OSIS Sekolah diedarkan di kelas tempat saya mengajar, hati saya terenyuh dan saya lantas memusatkan perhatian pada beberapa siswa/iku yang tampak antusias dan rela serta ikhlas mengorbankan uang pulsa, uang jajan dan uang transportasinya demi kepentingan amal. Mereka dengan penuh kesadaran diri dan iman, merelakan untuk tidak makan di kantin hari itu, atau tidak membeli pulsa untuk bercelotah tak keruan bersama teman-temannya, atau juga rela berjalan kaki pulang-pergi ke rumah karena uang itu telah digunakan untuk amal. Menurut saya, para siswa/i seperti ini merupakan para siswa/i teladan. Saya yakin kelak, ketika mereka telah sukses sebagai "orang" mereka akan tetap beramal. Mereka pasti akan merogohkan koceknya buat memberikan bantuan bagi sesama yang menderita.

Indonesia membutuhkan sejumlah besar orang yang berhati ikhlas dan jujur serta mau berkorban baik dengan tenaga, pikiran dan uang bagi amal. Kegiatan amal dan berbagi bukan hanya bagi sesama di sekitar mereka, namun juga sesama di daerah-daerah yang dilanda konflik dan bencana. Mungkin nilai sumbangan itu kecil, namun makna dan fungsinya sangat tinggi dan mulia bagi Tuhan dan sesama. Mudah-mudahan akan terus lahir generasi-generasi emas Indonesia yang sadar akan arti pentingnya sikap dan keikhlasan hati dalam berbagi dan memberikan derma bagi sesamanya yang menderita.

___________________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun