Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Beberapa Faktor Penyebab Prestasi Sepak Bola Indonesia Tidak Maju

10 Agustus 2014   20:10 Diperbarui: 4 April 2017   17:28 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Menyaksikan pertandingan Indonesian All Starrs (IAS) melawan Yuventus, hasilnya tampak jelas bahwa IAS kalah telak dengan kedudukan akhir 8:1. Awal pertandingan tampak IAS masih unggul 1:0, namun ini hanya bertahan sekitar 4 Menit saja sebelum gawang IAS kebobolan beruntun 8 gol. IAS kalah telak meskipun IAS diperkuat beberapa pemain asing. Saya membayangkan situasi akan terbalik bila saja cabang olah raga pertandingan persahabatan itu ialah bulu tangkis. Pasti Indonesia akan merebut kemenangan di semua jenis.

Namun ini sepak bola dunia bukan bulu tangkis. Indonesia memang jagonya bulu tangkis dunia, sebuah cabang olah raga yang belum populer dibandingkan dengan bola kaki. Di seluruh dunia, sepak bola merupakan olah raga paling populer, mengalahkan berbagai cabang olah raga lainnya.

Kekalahan demi kekalahan beruntun yang dialami team nasional sepak bola Indonesia membuat kita berefleksi dan bertanya diri sendiri: Apakah faktor-faktor yang menyebabkan semuanya? Apakah salah pembinaan? Ataukah salah sistem kejuaraan? Harus diakui bahwa kita sudah cukup maksimal melakukan berbagai strategi, mulai dari pembinaan berjenjang sejak pendidikan SD, SMP/MTs dan SMA/MA, juga melalui kejuaraan nasional berjenjang. Namun hasilnya belum tampak benar. Para pemain asing masih perlu direkrut, meskipun kedatangan para pemain asing tidak mengubah kualitas dan prestasi sepak bola tanah air. Malah para pemain asing itu, merupakan produk pemain kelas cadangan di team nasional negaranya.

Masalahpun semakin tampak jelas. Kini semua orang sepakat bahwa secara esensial, ada 2 penyebab besar mengapa prestasi bola kaki Indonesia tak pernah maju:

Pertama, Jumlah kendaraan bermotor di seluruh Indonesia, teritimewa di Jawa, khususnya lagi di DKI Jakarta meningkat cepat. Jalanan penuh dengan kendaraan dan macet. Kendaraan bermotor lama tetap dipakai, sementara inport kendaraan bermotor baru berdatangan. Ini menyebabkan produksi gas CO2 di Indonesia meningkat cepat. Bahaya gas CO2 bagi manusia Indonesia khususnya anak-anak sangat besar yakni merusak paru-paru, sistem pernafasan dan pertumbuhan badan. Ini menyebabkan generasi Indonesia kebanyakan hidup dengan kadar CO2 yang besar di badan, lalu menyebabkan kita tidak bisa berlari dengan maksimal. Kita cepat capai, lelah dan tidak berlari dengan baik. Ini tampak dalam pertandingan IAS-Juventus. IAS tampak ketinggalan kalau adu sprint dengan para pemain Juventus. Jumlah kendaraan bermotor yang meningkat menyebabkan para pemain kita malas bergerak karena sudah termanja oleh kendaraan bermotor. Padahal negara-negara yang maju sepak bolanya di dunia, seperti Belanda, Jerman, dll atau negara-negara Eropa lainnya, berjuang untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan lebih memilih menggunakan sepeda. Akibatnya, daya bernafas, dan daya berlari orang Eropa lebih bagus dan tinggi karena di tubuh mereka kadar CO2 sangat rendah dan juga bahwa mereka terbiasa bernafas secara asli dan berolah raga mengayuh sepeda setiap hari.

Kedua, Kurangnya lapangan olah raga di seluruh Indonesia. Ini sangat terasa luas. Lapangan bola kaki kita tampak kurang terawat dan asal-asalan. Bahkan tidak ada. Ini menyulitkan pembinaan dan latihan rutin. Tampaknya fasilitas olah raga sangat penting bagi peningkatan prestasi olah raga. Sedangkan kita minim fasilitas sepakbola. Akibatnya bisa ditebak: prestasi bola kaki Indonesia terus menurun drastis. Bahkan bisa berada di titik nol.

Maka kalau pemerintah ingin mengenjot prestasi bola kaki sebaiknya kurangi produksi kendaraan bermootor utamanya di Jakarta. Kurangi kemacetan. Sebaiknya orang memilih menggunakan sepeda bila bepergian dalam jarak dekat agar produksi CO2 menurun dan tidak membebankan tubuh. Ini sangat bagus bagi meningkatkan kemampuan lari dan kecepatan mengejar bola. Namun dapatkah pemerintah membatasi penggunaan kendaraan bermotor? Ini memang bukan persoalan mudah sebab sejak dahulu wilayah DKI Jakarta dan berbagai wilayah di Indonesia sudah padat dengan puluhan juta kendaraan bermotor yang saban hari memuntahkan gas CO2 ke udara dan ini kemudian dihisap oleh anak-anak Indonesia di dalam tubuh mereka. Akibatnya saudara bisa paham, kemampuan berlari menurun. Kemalasan meningkat dan tentu saja, prestasi sepak bola Indonesia menurun. Lalu, kapan kita bisa berprestasi di dunia bola kaki? Ini menjadi pertanyaan refleksi untuk kita semua, bangsa Indonesia.

_______________________________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun