Pendapat bahwa ilmu pengetahuan memiliki kemampuan emansipasi dikemukakan oleh filsuf Jerman dari mazhab Frankfurt yang masih hidup saat ini, Juergen Habermas (1929-).Â
Pandangan Habermas menggerakkan seluruh dunia saat ini yang sedang memasuki era digital. Dalam era digital ini terbuka kesempatan setiap orang untuk mengembangan ilmu melalui publikasi di dunia maya, antara lain melalui cara menuliskan refleksi-refleksi pribadi yang baik di Media Kompasiana.com.
Gerakan literasi dalam sistem pendidikan kita harus dilihat konteks ide Habermas ini. Dengan gerakan literasi, siswa didorong bukan hanya rajin membaca tetapi juga rajin menulis.Â
Oleh sebab itu, sekolah harus memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada semua siswa dan guru melakukan analisa, pandangan kritis dan refleksi untuk memperoleh kemampuan dalam menentukan diri dan masa depannya.Â
Dalam konteks siswa, untuk dapat membebaskan siswa dari kondisi yang membatasinya. Dalam kontes guru, untuk selalu up date dan meningkatkan pengabdian dan hak dan kewajibannya.
Ilmu pengetahuan dapat menimbulkan kesadaran akan diri sendiri, akan tanggung jawab bagi diri, keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.
Salah satunya adalah dengan ilmu seorang individu punya kemampuan mencari konsensus demi kebaikan di dalam hidup bersama. Oleh sebab itu, para siswa tidak boleh lengah selama masa study mereka melainkan harus rajin membaca dan rajin menuliskan refleksi mereka di dunia maya agar masa depan dapat cerah.
Gerakan literasi adalah solusi yang sangat tepat untuk siswa dan guru dapat membebaskan diri dari berbagai keharusan yang membelenggu mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H