Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Kerja Suluh-Labur (Belu) Sebagai Aset Budaya Daerah NTT

11 Agustus 2024   23:51 Diperbarui: 12 Agustus 2024   00:01 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap daerah di NTT memiliki sekolah kerja yang dikelompokkan sekolah non formal. Itu adalah pendidikan yang meneruskan tradisi pendidikan Eropa yang kuat, seperti di Belu, Malaka dan TTU di Timor NTT. 

Sekolah Suluh Labur dan Oenopu -NTT adalah contohnya. Para peserta dididik untuk bekerja praktis dengan kerja tangan di kebun, peternakan, rumah tangga dan pertukangan.

Hasil pendidikan sekolah Suluh-Labur adalah untuk mendukung kegiatan negara dan agama. Karena sekolah kerja tersebut telah bertahun-tahun telah menghasilkan orang-orang hidup mandiri. 

Kemandirian tidak tergantung pada gelar yang seseorang sandang. Kemandirian dicapai dengan keahlian praktis bekerja di kebun/sawah, peternakan, rumah tangga dan pertukangan. Hal-hal ini tidak diajarkan pada pendidikan formal (SD,SMP, SMA/SMK).

Sekolah kerja Suluh  juga hasilkan budaya merantau, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura. Tujuan mereka merantau untuk hidup mandiri. Budaya cinta alam dan eksploratif alam dihasilkan dari sekolah kerja yang non formal. Sekolah kerja maksudnya sekolah kerja tangan di sekolah Suluh, Labur-Belu-NTT. 

Kerja tangan tidak butuh hafalan, tetapi butuh fokus, rajin, disiplin, sehat dan tentu saja butuh kepekaan rasa dan tindakan. Bagi sekolah kerja, tindakan lebih penting dari ilmu.

Kemandirian dicapai melalui prestasi kerja tangan, bukan gelar. Seseorang yang punya gelar tinggi belum tentu dia hidup mandiri.

Sekolah kerja seperti sekolah suluh di Labur-Belu mendidik para peserta didiknya untuk: bekerja keras dengan fisik, ingin maju dan harus kreatif. Selain itu sekolah kerja menghasilkan tamatan yang punya visi dan komitmen untuk menegakkan demokrasi.

Pendidikan di sekolah kerja Suluh Labur-Belu adalah pendidikan seluruh pribadi. Pendidikan di sana amat menyentuh keseluruhan pribadi manusia. Pribadi harus bersifat aktif, bukan pasif. Mereka harus kembangkan kemampuan intelektualnya untuk merasa dan bertindak. Oleh sebab itu saya menampilkan Sekolah Suluh - Labur-NTT sebagai model sekolah yang tumbuh di dalam masyarakat NTT sehingga dapat dianggap aset budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun