Plato mengatakan bahwa setiap anak dipelihara oleh negara tetapi Aristoteles mengatakan negara diciptakan oleh alam. Sehingga alam memelihara sang anak. Sistem mata pencaharian bercocok tanam dan beternak untuk yang tinggal di daratan serta nelayan untuk yang tinggal di pantai bukan hanya menghidupkan anak tetap membentuk karakter sang anak.  Jalan terjal berikutnya adalah negara berkomitmen untuk memanusiakan sang anak melalui pendidikan. Hal ini memang rumit sebab yang namanya manusia yang terlibat dalam pendidikan punya sistem berbeda dalam mengejar satu tujuan.
Sebagai guru bahasa Jerman di 2 SMA (SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua) saya sadar bahwa kami (saya dan para pengelola sekolah) memiliki metode berbeda tetapi satu dalam merealisasikan tujuan pendidikan. Kesatuan dalam merealisasikan tujuan pendidikan adalah bidang kesepakatan yang amat menyatukan kami.Â
Oleh sebab itu saya lebih menekankan tentang tujuan pendidikan nasional sesuai Pasal 4 UU No. 2 Tahun 1989 yang menyatukan kami semua yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur dan memiliki pengetahuan dan keterampilan- kesehatan-jasmani dan rohani-kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab-kemasyarakatan dan kebangsaan.
Melalui MGMP Rayon 2 di mana saya menjadi Wakil Ketua Bahasa Jerman kami meneguhkan secara bersama-sama komitmen kami terhadap tujuan pendidikan nasional yang ingin kami gapai bersama. Kami mengindari pertengkaran dan perdebatan. Kami memilih diam dan menahan diri.Â
Andaikan berbeda dan salah paham maka salah paham itu tidak boleh diakhiri dengan perdebatan melainkan dengan taktik-diplomasi-penyelesaian dan hasrat yang simpati untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Sebaiknya kita lebih banyak meluangkan waktu untuk membicarakan bagaimana cara-cara untuk menggapai tujuan pendidikan. Untuk itu kita semua mendambakan etika dan kehendak baik semua orang yang terlibat dalam pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H