Aurora dicari para wisatawan karena keindahannya yang menawan. Tetapi semua orang sekarang sudah tahu bahwa di balik Aurora yang amat menawan itu adalah badai Matahari. Kita di Indonesia belum terjadi fenomena Aurora, tetapi di negara-negara yang dekat Kutup Utara dan Selatan, fenomena Aurora ini sering terjadi.Â
Fenomena alam Aurora merupakan pancaran cahaya yang menyala-nyala dan menari-nari di langit malam akibat adanya interaksi antara medan magnetik planet dengan angin Matahari.Â
Aurora tampak indah, tetapi di sisinya badai Matahari dapat merusak. NASA dan ESA (Badan Antariksa Eropa) mencatat bahwa badai Matahari besar menimpa Bumi terakhir terjadi pada 23-30 September 2003. Saat itu, dua awan gas menyapu bumi satu demi satu.Â
Akibatnya Swedia melakukan pemadaman listrik selama beberapa jam dan radar penerbangan Eropa juga sangat dibatasi. Puluhan penerbangan  di Eropa dihentikan sementara. Lalu lintas penerbangan udara di AS dihentikan. Sebanyak 15 transformator rusak di Afrika Selatan. Semua wahana antariksa terganggu.Â
Badai Matahari terjadi akibat partikel berenergi tinggi menghantam bumi sebagai akibat dari letusan di Matahari. Badai Matahari dapat melumpuhkan semua satelit komunikasi di angkasa dan merusak jaringan listrik.Â
Para ahli selalu melakukan pengamatan tiap detik ke arah Matahari melalui 4 wahana antariksa khusus pemantau Matahari, yaitu: SOHO, Wind, ACE dan DSCOVR. Badai Matahari dipancarkan dari Matahari hanya butuh 1 hari untuk mencapai Bumi. Dalam sejarah badai Matahari besar yang menimpah Bumi terjadi pada tahun 1859 (terbesar dalam sejarah), 1972, 1989, 2000, 2003, 2006 dan 2012.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H