Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membaca Karakteristik Serangan Rusia ke Ukraina (24/02/2022)

25 Februari 2022   12:48 Diperbarui: 26 Februari 2022   12:57 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Karakteristik serangan Rusia ke Ukraina pada Kamis pagi, 24 Februari 2020 dapat dibaca jelas yaitu bahwa serangan singkat itu bersifat tidak diduga, tidak mengkristal dan kasar. Serangan itu masih bersifat konflik beku. Orang-orang Ukraina sampai tidak bisa percaya bahwa Rusia akhirnya bisa menyerang Ukraina dengan kasarnya. Beberapa jam saja, perang itu memakan sekitar 137 orang Ukraina tewas. Karakteristik perang demikian menggambarkan sifat 'gajah hitam' dalam ruangan. 

Pada Kamis pagi (24/02/2022), Rusia mengirimkan pasukannya dalam 3 front dan menembakkan rudalnya ke beberapa lokasi di dekat ibu kota Ukraina, Kyiv. 

Serangan luas itu digambarkan berskala penuh dan mendapatkan kecaman dari seluruh dunia. Serangan itu menurut saksi mata bergerak dari Belarus, Rusia kemudian menerjunkan pasukan payung, dengan helikopter dan jet tempur. Pernyataan Putin di balik serangan itu juga menyedihkan, bahwa Rusia mengakui kemerdekaan 2 Unrecognized States di Donbas.

Pengakuan kemerdekaan oleh Rusia atas 2 Unrecognized States itu tentu saja melanggar hak berdaulat dari Ukraina yang sedang merencanakan referendum dengan Formula Steinmeier di Donbas. Artinya Rusia melanggar hak demokratis dan berdaulat dari rakyat Ukraina. 

AS mengatakan serangan itu adalah bentuk intimidasi otoriter dari Rusia atas kedaulatan Ukraina dan sebuah pelanggaran berani atas hukum internasional. 

Rusia sudah tahu, jika referendum dengan formula Steinmeier yang nanti diadakan di Donbas,  maka sebanyak 55% rakyat Donbas akhirnya memiliki reintegrasi dengan Ukraina, sisanya hanya 45% memilih merdeka (prakiraan menurut hasil survey dari sebuah Lembaga Penelitian Eropa Timur terpercaya). Dengan serangan pada Kamis pagi itu, Rusia tentu ingin mematahkan prakiraan rencana Referendum dengan formula Steinmeier 2019 di Donbas.

Karakteristik lain yang dapat dibaca dari serangan itu adalah sebuah serangan yang tidak lepas kendali (No passing of the buck). 

Tentunya serangan itu terpimpin dan terkontrol dengan baik oleh Moskow. Sulit untuk mengetahui dengan pasti jalannya peristiwa serangan karena biasanya serangan demi serangan dalam konflik di Ukraina selalu tidak terliputkan secara langsung. 

Seperti biasa, perang di Ukraina hanya dapat ditelusuri dari ledakan-ledakan. Diperkirakan ledakan-ledakan itu berasal dari pertempuran reguler dengan menggunakan sistem senjata roket MLRS, peluru artileri, senjata ringan, granat roket, rudal (balistik, jelajah, dll), meriam IFV, ranjau dan peluru artileri berat.

Rusia tentu ingin melihat sikap AS dan NATO atas Ukraina. Ternyata AS dan NATO bersifat defensif dan tidak ingin mencampuri perang itu, tetapi AS dan NATO tetap bersimpati pada perjuangan rakyat Ukraina. 

Rusia tidak ingin invasi itu mengkristal sehingga tentu tidak menginginkan pihak asing mencampuri konflik itu. Ia menjaga agar invasinya tidak mengkristal, tetap kasar dan berlangsung tiba-tiba, ciri-ciri perang abad ini di Ukraina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun