Setelah menerima vaksinasi Covid-19, nasib SARS-CoV-2 akan menjadi "Supernova virus". Sebuah study dari para ilmuwan sains menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 akan menemui nasib seperti banyak virus yang pernah menginfeksi manusia, yaitu: ia akan membakar dirinya sendiri dan habis setelah tahun 2021. Tetapi kondisi demikian harus dibahas tuntas.
Hingga bulan Juni 2021 ini, durasi diskusi tentang Pandemi Covid-19 di dunia masih mendominasi wacana diskusi harian. Hal ini disebabkan angka korban pandemi Covid-19 menunjukkan grafik makin tinggi, terkait varian baru SARS-CoV-2. Mengapa para korban menunjukkan grafik meningkat? Dan apakah vaksin Covid-19 memberikan harapan ke arah masa depan yang lebih cerah? Tentu saja diskusi ini terjadi karena keyakinan bahwa virus ini masih tetap ada di sekitar kita, belum menghilang.Â
Setelah vaksinasi dilakukan, apakah virus masih tetap ada? Ramalan kuat bisa dilakukan. Di masa depan, virus SARS-Cov-2, virus penyebab pandemi Covid-19 ini suatu saat akan mendapatkan nasib sial: ia akan meledakkan dirinya sendiri dan habis. Tetapi itu adalah masa depan. Peristiwa SARS-CoV-2 menghabiskan dirinya sendiri lebih buruk dari kejadian seperti "supernova', malahan tidak tersisa. Hanya untuk saat sekarang: SARS-CoV-2 adalah masih tetap ada dan menjadi ancaman yang nyata yang telah terbukti mendatangkan jutaan korban nyawa manusia di seluruh dunia.
Jika kita teliti grafik korban Covid-19 di Indonesia terus meninggi. Hal ini disebabkan hanya satu hal, yaitu:  banyak orang telah tidak taat terhadap travel warning pemerintah dan melanggar aturan PSBB. Ketidaktaatan orang terhadap aturan PSBB dan travel warning membuat kita harus mengambil kesimpulan bahwa PSBB sepertinya bukan solusi tepat atasi penyebaran Covid-19. Karena PSBB mungkin hanya menimbulkan pemaksaan, tanpa menimbulkan kesadaran pada diri sendiri.Â
Aturan yang benar bukan karena PSBB saja, tetap kepada kesadaran setiap pribadi atau kedisplinan pribadi harus tinggi dalam menaati protokol Covid-19. Semakin tinggi ketaatan dan kedisiplinan pribadi terhadap protokol Covid-19, semakin menurun dan semakin baik tingkat pencegahan penyebaran Covid-19. Jadi variabel-variabel pencegahan penularan Covid-19 yang paling tepat ialah perlu adanya 2 faktor yang saling mendukung, yaitu: Pemerintah dan kesadaran tinggi untuk taat terhadap protokol Covid-19 dari pribadi sendiri.Â
Hingga bulan Juni 2021, sudah 1,5 tahun umat manusia dilanda krisis pandemi Covid-19. Refleksi kritis para ilmuwan menunjukkan 2 hal, pertama: Virus SARS-CoV-2 masih tetap ada dan kedua:Â masa depan Pandemi Covid-19 tergantung pada faktor-faktor yang tidak diketahui, yang masih tersembunyi dan belum terkuak. Point kedua ini sungguh mempengaruhi tingkat korban Covid-19. Bahwa di tengah-tengah pemberian vaksinasi Covid-19 di Indonesia, terjadi faktor x yang tidak diprediksi sebelumnya: pasca HR Idulfitri banyak orang melanggar protokol Covid-19 dan adanya trend baru penyebaran Covid-19 oleh mutasi SARS-CoV-2.
Vaksin Covid-19 masih tetap menimbulkan tanda tanya: apakah orang yang divaksin itu akan secara permanen terhindar dari penularan Covid-19? Ataukah vaksin Covid-19 memberikan jangka waktu efektifitasnya hingga 6 bulan saja? Vaksin campak dan polio menawarkan kekebalan puluhan tahun, sedangkan vaksin-vaksin seperti vaksin batuk rejan dan flu akan memudar seiiring waktu.Â
Dalam sejarah ilmu pervaksinan di dunia medis, banyak vaksin tidak lagi diberikan kepada umat manusia, karena virus-virus yang menyebabkan penyakit itu buru-buru membakar diri sendiri dan menghilang. Hal itu terkait munculnya sistem imun secara alamiah dalam tubuh manusia, meskipun tanpa vaksinasi sekalipun.Â
Pasca vaksinasi, insiden penularan hanya terkait dengan durasi kekebalan. Jika vaksin Covid-19 hanya bertahan 6 bulan maka Pandemi mungkin masih ada hingga tahun 2021 ke atas. Para ilmuwan sains dunia menemukan bahwa  zat antibody penetral akan tumbuh dalam diri manusia secara alamiah bahkan hanya setelah 40 hari seseorang mengalami kondisi positif Covid-19.Â
Kita yakin bahwa meskipun tanpa vaksin Covid-19, zat imun manusia akan terbentuk sendiri dan bahwa virus SARS-CoV-2 akan membakar dirinya sendiri dan menghilang setelah tahun 2021 ke atas. Tetapi akibat banyak data yang belum diketahui tentang SARS-CoV-2, manusia masih hidup dalam ketidakpastian. Yang jelas, banyak hal kini masih harus dikaji lagi dengan teliti, sebelum virus SARS-CoV-2 benar-benar membakar dirinya sendiri dan habis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H