Konser Musik Perbatasan Malaka dan Kefamenanu (KMP-MK) Â 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah berlalu. Tiga tarian tradisional utama disuguhkan dalam konser tersebut yakni: Tarian Tebe, Tarian Likurai dan Tarian Bidu.Â
Tiga tarian ini merupakan tarian-tarian andalan warga Tetum dari Belu dan Malaka. Konser melibatkan 500 penari dan musik pada 24-25 April 2019 di Lapangan Paroki Kamanasa Betun. Konser menghadirkan bintang tamu Maria Victoria dari Timor Leste dan Bondan Prakoso dari Indonesia.Â
Hanya saja perlu banyak kritik tari untuk mengekplorasi 3 tari tradisional andalan Malaka dan Belu tersebut. Eksplorasi intelektual atas 3 tarian itu adalah sangat penting agar dapat dihasilkan konten-konten tarian yang bermutu dan menyentuh para penonton.
Banyak orang masih percaya bahwa pelaku dan penonton tarian kebudayaan yang baik dapat menciptakan manusia seutuhnya. Tarian membuat manusia bergerak sehingga tampak selalu bersemangat, riang-gembira dan bahagia. Kualitas kesehatan yang tinggi memunculkan semangat, gairah, kegembiraan dan harapan untuk masa depan. Demikian juga para warga di pedalaman harus mampu menari dan menonton tarian tradisional daerah mereka sendiri demi meningkatkan kualitas kesehatan.
Faktor penyebab sebuah tarian budaya kehilangan peminatnya ialah karena konten tarian budaya itu tidak menyentuh para penonton. Lalu bagaimana agar sebuah tarian benar-benar menyentuh para penonton?Â
Tarian yang menyentuh situasi bathin para penonton harus berupa rekonstruksi budaya pertanian dan peternakan. Sebab 2 budaya itulah yang selalu dilakukan warga pedalaman selama berabad-abad. Hanya saja agar dapat menjadi para penari yang baik, para penari harus menguasai teks.
   Artikel ini membantu para pelatih tari tradisional di Timor-NTT untuk menciptakan tarian yang berisi rekonstruksi kebudayaan peternakan dan pertanian masyarakat, khususnya etnis Tetum di Belu dan Malaka. Artikel ini berisi kata-kata kerja yang dilakukan para pelaku dalam kebudayaan tradisional pertanian dan peternakan di wilayah Malaka dan Belu. Semoga teks ini dapat membantu para pelatih tari dalam melatih tarian yang berisi rekonstruksi budaya bertani dan beternak.
Rekonstruksi Budaya Pertanian Jagung 1:
- Menyiapkan lahan.
- Memacul tanah dan membuat saluran air hujan.
- Memilih bibit jagung.
- Menanam jagung.
- Membersihkan rumput.
- Memberikan pupuk.
- Mematah jagung.
- Mengangkut jagung ke pengumpulan jagung di beranda rumah.
- Mengikat jagung.
- Menghitung ikatan jagung.
- Menyusun di dapur rumah agar dapat diasapkan.
Rekonstruksi Budaya Pertanian Jagung 2:Â
- Menyiapkan lahan.
- Memacul tanah dan membuat saluran air hujan.
- Menyemprotkan obat anti gulma.
- Memilih bibit jagung.
- Menanam jagung.
- Membersihkan rumput.
- Memberikan pupuk.
- Mematah jagung.
- Mengangkut ke pengumpulan jagung di kebun.
- Mengupas jagung.
- Mengumpulkan jagung ke dalam karung.
- Membawa jagung ke beranda rumah.
- Mengeringkan jagung.
- Memasukan jagung ke dalam karung.
- Menyimpan jagung di dalam dapur.
- Mengambil 1 karung jagung dan meluruh jagung.
- Menggiling jagung.
- Memisahkan beras jagung dengan tepung jagung.
- Memasak nasi jagung.
Rekonstruksi Budaya Pertanian Ubi Singkong:Â
- Membersihkan kebun.
- Memacul tanah dan membuat saluran.
- Memilih bibit ubi singkong.
- Menanam stek ubi singkong.
- Membersihkan rumput.
- Memberikan pupuk.
- Mencabut dan menggali ubi singkong.
- Mengangkut ke pengumpulan ubi singkong di pondok.
- Mengupas kulit singkong dan memotong menjadi belahan-belahan memanjang.
- Membawa ke penjemuran di tengah kebun.
- Menjemur potongan ubi singkong selama 1 minggu.
- Mengumpulkan singkong kering ke dalam karung.
- Menyimpan di dapur atau lumbung rumah.
Rekonstruksi Budaya Fila Rai:
- Menyiapkan alat-alat fila rai (ai suan, pacul dan linggis).
- Jika malam, mengundang para pemuda untuk fila rai.
- Malam hari sebelumnya menyiapkan makanan dan minuman.
- Pagi-pagi membawa para pria ke kebun.
- Mulai melakukan fila rai bersama-sama.
- Para pria berbaris dan mengayunkan ai suan ke dalam tanah dan membalik tanah.
- Melakukan fila rai hingga makan siang.
- Istirahat untuk makan siang.
- Kembali melakukan fila rai hingga sore hari.
- Pulang kembali ke rumah.
Rekonstruksi Budaya Pertanian Padi:Â
- Mengalirkan air ke lokasi pesemaian pematang sawah (air hujan atau air saluran).
- Memilih bibit padi.
- Menyemaikan bibit padi pilihan.
- Tunggu hingga bibit padi mulai tumbuh.
- Jika bibit padi mulai tumbuh, mulai mengalirkan air ke pematang sawah (air hujan dan saluran).
- Mentraktor sawah dengan traktor.
- Memaculkan untuk meratakan sebagai persiapan menanam anakan padi.
- Mencabut anak padi ke tengah pematang sawah.
- Menanam padi.
- Mengalirkan air ke dalam pematang dari saluran air.
- Membersihkan rumput dalam pematang padi.
- Memberikan pupuk.
- Menyemprotkan obat anti hama jika ada hama padi.
- Tetap mengalirkan air ke pematang sawah.
- Menjaga burung pipit.
- Memetik padi.
- Memikul padi dari pematang ke tempat rontok padi.
- Merontok padi dengan mesin rontok.
- Menaruh padi ke dalam karung dan meletakkan karung ke dalam pondok.
- Membawa karung berisi padi ke dalam rumah.
- Menjemur padi persiapan untuk menggiling padi.
- Membawa satu karung padi ke mesin penggilingan padi.
- Menggiling padi di mesin penggilingan padi.
- Membawa karung berisi beras ke dalam rumah.
- Membersihkan beras.
- Memasak nasi.
Rekonstruksi Budaya Peternakan Sapi Kandang:Â
- Membuat kandang sapi dengan kayu.
- Memasukan sapi ke dalam kandang minimal 5 ekor.
- Jika malam tiba, menutup pintu kadang sapi dengan kayu.
- Jika pagi tiba, membuka kandang sapi dan membawa sapi-sapi ke pandang rumput.
- Memindahkan sapi ke padang rumput yang hijau.
- Membiarkan sapi-sapi merumput.
- Jika tiba siang, membawa sapi ke kali atau sungai untuk minum air.
- Membawa pulang sapi ke padang rumput.
- Membiarkan sapi merumput hingga sore.
- Jika sore tiba, membawa sapi ke kadang sapi di samping rumah.
- Menutup kandang sapi dengan kayu.
Rekonstruksi Budaya Rawat Sapi:
- Memeriksa sapi-sapi betina yang telah bunting.
- Mencari sapi betina yang melahirkan.
- Membawa pulang bayi sapi.
- Jika sapi betina baru melahirkan tinggalkan 1 minggu sendiri dalam kandang bersama anaknya.
- Beri makan rumput dan minumkan sapi betina air.
- Menyuntikan vitamin ke sapi betina.
- Jika sapi kecul sudah kuat masukan betina dan anaknya ke dalam kawan sapi.
- Kadang-kadang menyuntikkan sapi vitamin.
Rekonstruksi Budaya Sapi Paron:Â
- Mendirikan rumah kecil untuk tempat pemeliharaan sapi jantan.
- Memilih sapi jantan yang akan dijadikan paron.
- Mengikat sapi jantan di samping rumah atau kebun.
- Mencari dan memotong rumput dan daun untuk sapi paron.
- Membawa rumput dan daun ke depan sapi paron.
- Memberikan rumput dan daun ke hadapan sapi paron 4-3 jam sekali.
- Membawa air di ember untuk meminumkan sapi paron.
- Menyuntikkan sapi paron obat vitamin agar sapi paron memiliki nafsu makan besar.
- Fokus memberikan makan rumput kepada sapi tiap hari.
- Menimbang berat badan sapi paron.
- Menerima uang penjualan sapi paron.
Kesimpulan:
   Salah satu upaya penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat pedalaman ialah dengan memperbanyak pertunjukan tarian dan musik tradisional. Tarian massal tradisonal adalah ajang untuk memulihkan dan meningkatkan kualitas kesehatan jiwa dan raga. Ketika manusia bergembira, menari, melompat dan mengekspresikan kegembiraan dalam tarian yang indah, mereka terlepas dari penderitaan. Tarian-tarian tradisional yang menyentuh para penonton adalah tarian-tarian yang berisi rekonstruksi budaya pertanian dan budaya peternakan. Kabupaten Belu dan Malaka adalah 2 Kabupaten yang termasuk dalam daftar 62 daerah tertinggal di Indonesia untuk tahun 2020-2024 berdasarkan Perpres No. 63 Tahun 2020. Salah satu lembaga yang menaruh perhatian besar pada kesehatan para warga pedalaman ialah KORINDO. Silahkan Anda klik juga 2 link berikut untuk mendapatkan informasi:  Kesehatan yang Baik untuk Sesama dan Klinik Asiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H