Oleh: Blasius Mengkaka
Email: mengkakablasius@yahoo.com
Semboyan dasar negara Indonesia ialah Bhinneka Tunggal Ika, artinya: walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Pertanyaannya: Yang berbeda-beda itu ada berapa? Berapa banyak jumlah suku, agama, ras, golongan di Indonesia?
Kondisi ini langsung membuat kita berurusan dengan Numerasi, perhitungan angka-angka. Yang banyak itu adalah plural dan majemuk untuk menjadi communio, menjadi persekutuan yang satu dalam kolaborasi menuju kebaikan dan keutuhan manusia dan bangsa Indonesia.
Dengan ada pemekaran Kabupaten, penduduk Kabupaten Belu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertetnis Tetum tinggal di sebagian besar Kabupaten Belu. Penduduk beretnis Marae tinggal di wilayah Lakmanen.
Boleh dikatakan etnis Tetum adalah etnis mayoritas di Kabupaten Belu yang mayoritasnya mendiami 10 kecamatan dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Belu.
Artikel ini membahas tentang Dampak Budaya Numerasi Bagi Kualitas Kesehatan Orang Tetum Belu-Tasifeto di Timor-NTT. Di samping saya menggunakan sumber Kepustakaan, saya lebih banyak menggunakan pengalaman selama hidup sebagai salah satu penutur bahasa Tetum yang hidup dan tinggal di tengah-tengah orang Tetum. Bagi orang Tetum, Numerasi melekat pada bahasa dan merupakan bagian dari kebudayaan Tetum yang paling penting.
Salah Hitung Akan Celaka
Kualitas kesehatan yang tinggi hanya dapat dicapai melalui perhitungan angka-angka atau kegiatan Numerasi yang tepat. Jika orang melakukan kesalahan perhitungan dalam hidup bisa mengakibatkan jatuh sakit, cacat dan bahkan mati.
Dalam sebuah lokasi hunian di sebuah kampung Tetum di wilayah Timor-NTT, terdapat banyak warga dari beberapa rumah suku yang berbeda. Umumnya semua berbicara bahasa Tetum, meskipun dari segi asal-usul mereka berbeda rumah adat suku atau malahan berbeda Kabupaten.
Rumah Adat dan Kelompok Kerja Kampung
Sejak dahulu, rumah adat tradisional Tetum bukan merupakan satu-satunya wadah kewargaan tradisional orang Tetum. Selain rumah adat tradisional Tetum, kelompok kerja tradisional satu kampung adalah wadah kerja sama tradisional orang Tetum yang sangat berkembang.
Kelompok kerja tradisional kampung terdiri dari banyak orang dari pelbagai rumah suku. Hal ini wajar sebab di suatu kampung terdapat beberapa suku rumah adat, baik suku rumah adat Tetum dan rumah-rumah modern, termasuk rumah-rumah keluarga blasteran antara satu orang suku tetum dengan pria atau wanita dalam salah satu budaya lain di NTT.
Umumnya orang dalam satu kampung tradisional Tetum  berbicara dalam bahasa Tetum semua, meskipun bukan dari suku Tetum. Bahasa Tetum adalah sejenis bahasa yang mudah dikuasai manusia. Orang cepat menyesuaikan diri dalam berbahasa Tetum jika hidup bersama di suatu kampung tradisional Tetum.